Assiry gombal mukiyo, 11 Oktober 2014
Sebagian dari kita mungkin diuji oleh Allah. Kalau diuji,
berarti disediakan derajat yang lebih tinggi. Atau mungkin di banyak konteks,
kita memang dihukum oleh Tuhan. Di-adzab. Tapi, adakah orang yang keberatan
dengan adzab Allah? Bukankah engkau masih terus bergembira ria dengan
proyek-proyek dulinan, produk-produk picisan main-main, tayangan-tayangan
seneng-seneng, pemuatan gambar dan berita celelekan?
Tapi, sementara ini bergembiralah karena rahmat Tuhan
memang berbeda dengan barokah-Nya. Rahmat itu universal. Silakan maling dan
korupsi, silahkan jajan PK sepuas- pusmu sampai loyo anda tidak dihalangi oleh
Allah untuk tetap merasakan enaknya makan sate, nikmatnya memangku hostes, dan
nyamannya mengambil uang rakyat di kas kantor.
Rahmat itu diperuntukkan bagi siapa saja, kiai, maling, seniman, pengojek,
pencopet, mubalig, pelacur. Siapa pun.
Barokah tidak demikian. Silakan,. sukses kaya raya berkuasa
di muka bumi dan saya tidak akan mengatakan kepada Anda "belum tentu hidup
Anda barokah" karena Anda toh tidak membutuhkan barokah. Bahkan, Anda
belum tentu butuh Tuhan. Ngaku saja lah mbok tidak usah sungkan -sungkan dengan
saya: kalau Tuhan membebaskan Anda dari shalat, puasa, berbuat baik dst-Anda
senang pasti kan? Shalat dan ibadah itu tidak enak bagi kebanyakan kita.
Maka, kalau Tuhan kasih tulisan di langit biru "Mulai
hari ini Kubebaskan kalian dari kewajiban shalat!", kita akan bersorak-
sorai dan pesta-pora. Bahkan, kalau Tuhan tidak ada, malaikat tidak ada, surga
tidak ada, Nabi dan Agama tidak ada asalkan Anda punya uang banyak: Anda
maukan?
Tolong sebut beberapa
jenis perilaku saya, kebijakan -kebijakan pemerintah, ormas 2 tertentu yang
demen sekali kekerasan, wakil rakyat, dan masyarakat kita dewasa ini yang bisa
dijadikan Allah alasan untuk menyelamatkan kita: Bahkan, persyaratan untuk
hancur lebur sudah sempurna kita miliki. Al'afwu minkum.
Respon Cepat