Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

Tauhid

Muhammad Assiry , 18  Mei 2014

Hanya orang awam yang membayangkan Islam hanya pada sosok orang bersurban, sedang sujud, atau orang berpeci membawa tasbih, yang jidatnya hitam atau berjenggot dan bersurban dengan latar belakang masjid.
Sebaliknya jika melihat langsung seorang petani yang bersimbah lumpur sedang sibuk mencangkul tanah dengan sesekali mengucap Allahu Akbar karena takjub dan bersyukur atas karunia hamparan tanah yang subur dari Allah, dianggapnya bukan (simbol) Islam.

Demikian pula jika melihat (misalnya) seorang tukang becak yang berpeluh sambil mengayuh becak di tengah terik sinar matahari, yang setiap kali menggenjot pedal becak selalu bergumam alhamdulillah, dianggapnya bukan sedang berjihad atau sedang “berniaga di jalan Allah”. Seorang pengamen siter tua yang mengalunkan gending Jawa dengan tema syair tentang kebesaran Allah dan keindahan alam, dianggapnya tidak sedang menyanyikan lagu “religi”. Yang dianggap lagu “religi” hanya lagunya Opick, Bimbo, Habib Syekh, Haddad Alwi, Nasida Ria yang kebetulan menyanyikan lagu Perdamaian, atau yang harus memuat penggalan-penggalan syair Bismillah, Alhamdulillah, Allah, dst.

Dengan kata lain, orang hanya menganggap sesuatu bernada religi atau Islami hanya dari syair, ucapan, gambar atau simbol-simbol yang berkaitan dengan tulisan Arab, surban, ucapan Alhamdulillah, dst.
Temen 2 sekalian mbok ya tolong difahami bahwa tauhid bukan “men-satu-kan” Allah, karena sudah jelas bahwa DIA adalah satu. Tapi Tauhid adalah proses menuju penggerakkan diri untuk menggabung ke Allah SWT. 

Setiap orang yang bekerja — apa saja — mau tukang cukur, sol sepatu, tukang rosok, penjual kutang atau celana dalam, penjual lontong dan gorengan atau apapun, asal itu merupakan puncak “ekstase” untuk menggabung ke Allah yang Maha Akbar, dan selalu akan rindu kembali ke “ekstase-ekstase” berikutnya, maka orang itu sedang berjihad di jalan Allah.
Close Menu