Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

HASYIM MUHAMMAD AL BAGHDADI ( 1919-1978)

Assiry gombal mukiyo, 16 April 2015

Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath lahir di Baghdad pada tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan Ibtidaiyah, ia beralih mempelajari kaligrafi pada beberapa sekolah dasar (katatib) sejak masih kecil. Pelajaran yang kelak menjadi profesinya itu ia timba dari gurunya Al-Mala Arif Afandi kemudian Al-Mala Ali Darwisy. Pada tahun 1943 mendapatkan ijazah (diploma) dari kaligrafer terkemuka Mullah Ali al-Fadhli (wafat 1948). Kemudian ia melanjutkan studinya di Madrasah Tahsin al-Khuthuth Kairo dan memperoleh ijazah dengan predikat sangat memuaskan, 1944. Pada tahun yang sama ia memperoleh ijazah dari kaligrafer Mesir Sayyid Ibrahim dan Muhammad Husni. Tahun 1946 ia menerbitkan sebuah buku teks dalam gaya tulisan Riq’ah.

Selanjutnya ia mengunjungi Turki dan memperlihatkan contoh-contoh karyanya kepada kaligrafer terkemuka di negeri itu yaitu Musa Azmi atau yang lebih dikenal dengan Hamid al-Amidi yang memberinya ijazah dua kali yaitu tahun 1950 dan 1952. Pada kali yang kedua Hamid menyatakan bahwa Hasyim Muhammad adalah seorang kaligrafer terbaik dan terkemuka di dunia Islam, dan berkata kepadanya,”Kaligrafi tumbuh di Dar as-Salam (Baghdad) dan kini kembali ke Dar as-Salam, melalui tanganmu.”

Inilah bunyi teks ijazah yang diberikan Hamid kepadanya:
“Bismillaahirrahmainirrahiim. Anakku, Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath, telah kusaksikan pada dirimu penuh keyakinan, keikhlasan, dan kecintaan terhadap seni ini yang tidak pernah terhapus sepanjang Islam tegak berdiri. Kuamanatkan padamu, jadilah engkau primadona mereka dan Awwalul Khattatin di dunia Islam. Aku berikan padamu penghargaan setinggi-tingginya, sebab engkau bergerak maju selalu. Ditulis di Asitanah tahun 1371 H.”

Hasyim mengikuti aliran Baghdad, suatu tradisi kaligrafi yang lebih tua dan klasik warisan ta’shimi, dan meramunya dengan aliran Usmaniyah Turki yang lebih bebas, berani dan modern. Ia dikenal sebagai salah satu kaligrafer khat Tsulus yang terbaik, sebagaimana contoh salah satu tulisannya dalam khat Tsulus sebagai berikut:

Ia bekerja sebagai kaligrafer pada gubernuran Misahah al-Iraq wa Zamil al-Khattat Muhammad Sabri wa Akhahu hingga akhir hayatnya. Ia mengawasi pencetakan al-Qur’an yang ditulis oleh kaligrafer Turki Muhammad Amin al-Rusydi. Hasyim menyempurnakan beberapa kata yang terlewat, menomori ayat-ayat dan menulis nama-nama surah. Naskah ini pertama kali diterbitkan di Baghdad pada tahun 1951, kemudian dicetak ulang di Jerman (1966), yang memaksanya tinggal di negeri ini selama tiga tahun untuk mengawasi penerbitan tersebut. Edisi ketiganya diterbitkan di Jerman pula tahun 1972.

Pada tahun 1960 ia diangkat menjadi dosen kaligrafi di Madrasah al-Funun al-Jamilah (sekolah seni) di Baghdad, kemudian menjadi kepala Departemen Kaligrafi dan Dekorasi Islam sampai meninggal tahun 1973. Selama kurun tersebut ia menerbitkan koleksi kaligrafinya (1961), memuat karya-karya terbaiknya, dengan judul Qawa’id al-Khath al-‘Arabi (Kaidah-kaidah Kaligrafi Arab).

Hasyim bukan hanya jenius menorehkan huruf dengan media tinta diatas kertas, tetapi juga piawai mengguratkannya ke panel atau media lain yang monumental. Karya kaligrafinya menghiasi bangunan-bangunan umum dan beberapa masjid terkenal di Irak, termasuk Masjid al-Syahid, Masjid Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Masjid Haiderkhana, Masjid al-Muradiah, dan Masjid Buniah. Untuk menghormatinya, pemerintah mendirikan patung di al-Fadhl, sebuah kawasan kuno yang paling diseganinya dan tempat dimana ia dibesarkan. Ia mendisain uang kertas Irak dan beberapa koin untuk Tunisia, Maroko, Libya dan Sudan. Hasyim mengikuti rumus-rumus Yaqut, bahkan seluruh Rumus Turki yang dibaguskan lewat tangannya.
Hasyim Muhammad hanya memberikan satu ijazah yaitu kepada muridnya Abdul Ghani al-Ani. Ia merencanakan untuk menulis mushaf al-Qur’an dengan gaya tulisannya sendiri yang khas, tetapi ia meninggal sebelum menyelesaikan proyek ini. Bukunya yang memuat beberapa karya terakhirnya dicetak ulang di Baghdad pada tahun 1978. Jenazahnya dimakamkan di Neijf.

(Dari berbagai sumber)
Close Menu