Assiry gombal mukiyo, 16 April 2015
Hasyim Muhammad al-Baghdadi al-Khattath lahir di Baghdad
pada tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan Ibtidaiyah, ia beralih
mempelajari kaligrafi pada beberapa sekolah dasar (katatib) sejak masih
kecil. Pelajaran yang kelak menjadi profesinya itu ia timba dari gurunya
Al-Mala Arif Afandi kemudian Al-Mala Ali Darwisy. Pada tahun 1943
mendapatkan ijazah (diploma) dari kaligrafer terkemuka Mullah Ali
al-Fadhli (wafat 1948). Kemudian ia melanjutkan studinya di Madrasah
Tahsin al-Khuthuth Kairo dan memperoleh ijazah dengan predikat sangat
memuaskan, 1944. Pada tahun yang sama ia memperoleh ijazah dari
kaligrafer Mesir Sayyid Ibrahim dan Muhammad Husni. Tahun 1946 ia
menerbitkan sebuah buku teks dalam gaya tulisan Riq’ah.
Selanjutnya ia mengunjungi Turki dan memperlihatkan
contoh-contoh karyanya kepada kaligrafer terkemuka di negeri itu yaitu
Musa Azmi atau yang lebih dikenal dengan Hamid al-Amidi yang memberinya
ijazah dua kali yaitu tahun 1950 dan 1952. Pada kali yang kedua Hamid
menyatakan bahwa Hasyim Muhammad adalah seorang kaligrafer terbaik dan
terkemuka di dunia Islam, dan berkata kepadanya,”Kaligrafi tumbuh di Dar
as-Salam (Baghdad) dan kini kembali ke Dar as-Salam, melalui tanganmu.”
Inilah bunyi teks ijazah yang diberikan Hamid kepadanya:
“Bismillaahirrahmainirrahiim. Anakku, Hasyim Muhammad
al-Baghdadi al-Khattath, telah kusaksikan pada dirimu penuh keyakinan,
keikhlasan, dan kecintaan terhadap seni ini yang tidak pernah terhapus
sepanjang Islam tegak berdiri. Kuamanatkan padamu, jadilah engkau
primadona mereka dan Awwalul Khattatin di dunia Islam. Aku berikan
padamu penghargaan setinggi-tingginya, sebab engkau bergerak maju
selalu. Ditulis di Asitanah tahun 1371 H.”
Hasyim mengikuti aliran Baghdad, suatu tradisi kaligrafi
yang lebih tua dan klasik warisan ta’shimi, dan meramunya dengan aliran
Usmaniyah Turki yang lebih bebas, berani dan modern. Ia dikenal sebagai
salah satu kaligrafer khat Tsulus yang terbaik, sebagaimana contoh salah
satu tulisannya dalam khat Tsulus sebagai berikut:
Ia bekerja sebagai kaligrafer pada gubernuran Misahah
al-Iraq wa Zamil al-Khattat Muhammad Sabri wa Akhahu hingga akhir
hayatnya. Ia mengawasi pencetakan al-Qur’an yang ditulis oleh kaligrafer
Turki Muhammad Amin al-Rusydi. Hasyim menyempurnakan beberapa kata yang
terlewat, menomori ayat-ayat dan menulis nama-nama surah. Naskah ini
pertama kali diterbitkan di Baghdad pada tahun 1951, kemudian dicetak
ulang di Jerman (1966), yang memaksanya tinggal di negeri ini selama
tiga tahun untuk mengawasi penerbitan tersebut. Edisi ketiganya
diterbitkan di Jerman pula tahun 1972.
Pada tahun 1960 ia diangkat menjadi dosen kaligrafi di
Madrasah al-Funun al-Jamilah (sekolah seni) di Baghdad, kemudian menjadi
kepala Departemen Kaligrafi dan Dekorasi Islam sampai meninggal tahun
1973. Selama kurun tersebut ia menerbitkan koleksi kaligrafinya (1961),
memuat karya-karya terbaiknya, dengan judul Qawa’id al-Khath al-‘Arabi
(Kaidah-kaidah Kaligrafi Arab).
Hasyim bukan hanya jenius menorehkan huruf dengan media
tinta diatas kertas, tetapi juga piawai mengguratkannya ke panel atau
media lain yang monumental. Karya kaligrafinya menghiasi
bangunan-bangunan umum dan beberapa masjid terkenal di Irak, termasuk
Masjid al-Syahid, Masjid Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Masjid
Haiderkhana, Masjid al-Muradiah, dan Masjid Buniah. Untuk
menghormatinya, pemerintah mendirikan patung di al-Fadhl, sebuah kawasan
kuno yang paling diseganinya dan tempat dimana ia dibesarkan. Ia
mendisain uang kertas Irak dan beberapa koin untuk Tunisia, Maroko,
Libya dan Sudan. Hasyim mengikuti rumus-rumus Yaqut, bahkan seluruh
Rumus Turki yang dibaguskan lewat tangannya.
Hasyim Muhammad hanya memberikan satu ijazah yaitu kepada
muridnya Abdul Ghani al-Ani. Ia merencanakan untuk menulis mushaf
al-Qur’an dengan gaya tulisannya sendiri yang khas, tetapi ia meninggal
sebelum menyelesaikan proyek ini. Bukunya yang memuat beberapa karya
terakhirnya dicetak ulang di Baghdad pada tahun 1978. Jenazahnya
dimakamkan di Neijf.
(Dari berbagai sumber)
Respon Cepat