Assiry gombal mukiyo, 17 Mei 2015
Maraknya cacian dan makian terhadap bacaan Al Quran dengan lagham jawa membuat saya cekikikan dan berguling-guling karena lucu.
Kita memang lucu. Bahkan Srimulat dan Opera Van Java masih kalah lucu dengan mindset berfikir kita terhadap persoalan ini.
MUI yang katanya menjadi wadah untuk mewakili Ulama dan berhak
mengelurkan fatwa-fatwa dalam berbagai persoalan di Indonesia ternyata
kali ini juga membuat pernyataan yang menjadi tema "guyonannya" adalah
sangat lucu sekali.
Kita bangsa manusia adalah Manusia yang
berdaulat sebab diciptakan oleh Allah, dan yang berdaulat atas manusia
hanyalah Allah. Karena itu, kalau ada lembaga yang mengharam-haramkam,
membidah -bidahkan sesuatu yang sebetulnya halal( boleh), lembaga itu
tidak punya kedaulatan atas manusia untuk mengikuti fatwa mereka.
Menurut hemat saya bangsa Indonesia saat ini terbagi jadi tiga. Yang
pertama, mereka yang menjilat habis pantat Amerika dan Barat. Yang
kedua, mereka yang menjilat pantat Arab. Sedangkan kita adalah golongan
ketiga, golongan orang Indonesia, yang masih bangga dengan
ke-Indonesiaan kita, dalam konteks Jawa, orang yang masih "Njawani".
Wong njowo neng ora ilang jawane( Orang jawa yang tidak lupa jawanya
dari budaya dan apapun yang berkaitan dengan Jawa. Budaya luhur bangsa
kita pada dasarnya sangat tinggi dan tak tertandingi oleh bangsa lain,
dalam hal ini Barat maupun Arab.
Sebagai contoh sederhana, dalam
urusan Adzan, suara dan nada muadzin Indonesia jauh lebih indah dari
suara adzan di Arab. Orang Indonesia bisa mengumandangkan adzan dengan
cengkok khas Indonesia. Bahkan nada adzan bisa dikembangkan menjadi
lebih dari 100 variasi dan model lagu.
Kita ribut mempersoalkan
bacaan Seorang Qari' yang membaca Al Quran dengan lagham Jawa. Bahkan
diantara kita dengan gagah dan yakinnya menuduh hal itu sebagai
pelecehan terhadap Al Quran. Apa tidak salah? Jangan gampang menuduh
saudara kita sesat, bidah, kafir apalagi sekarang menuduh saudara kita
sendiri telah melecehkan Al Quran hanya karena menggunakan lagham /
nagham Jawa dan berbeda pendapat dengan kita.
Jangan menyimpulkan
pepohonan itu berwarna putih keabu-abuan hanya karena tertutup oleh
kabut pemikiran dan keterbatasan ilmu kita sendiri.
Ada apakah gerangan yang bercokol dalam otak dan cara berfikirmu Wahai MUI? "Jian udelmu Bodhong tenan !".
Dalam otak kita sudah terdoktrin bahwa Indonesia adalah negara
berkembang. Negara dunia ketiga. Dosen-dosen akademis di kampus dengan
bangga mengatakan bahwa negara kita adalah negara berkembang. Berkembang
kemana? Mengikuti Barat? Kita jalan kemana, Barat jalan kemana.
Kita sangat mahir Qiraah [membaca al Quran] dan azan dengan lagu Arab.
Terbukti banyak Qari Indonesia yang juara 1 lomba Tilawati Al Quran
tingkat Internasional Sebut saja Ustaz H.Mu'min Ainul Mubaraq , Ustaz
H.Muammar Za dan puluhan lainnya.
Tapi belum tentu orang barat dan
Arab bisa ngaji lagu dengan nagham jawa misalnya. Sesungguhnya inilah
letak kehebatan kita bangsa nusantara.
Justru ini juga yang
menunjukkan bukti mukjizat Al Quran bisa dibaca dengan lagu apa saja
asal tidak merusak tajwid dan makhrajnya ( warattili Al Qur aana
tartiilan).
Kenapa semuanya harus meniru suara atau lagu orang
Arab dalam melantunkan atau melagukannya. Bukan tidak baik, tapi membaca
al Quran atau azan dengan gaya atau cengkok Jawa, misalnya, sebetulnya
juga tidak jadi masalah sebab azan atau membaca al Quran bukan ibadah
yang wajib/ fardhu dan utama [mahdhah], seperti salat, puasa, zakat dan
haji.
Jadilah dirimu sendiri. Kita diciptakan Allah sebagai orang
Indonesia, harusnya bisa menunjukkan kekhasan Indonesia, bukan menjadi
orang Arab, Barat atau lainnya.
Apakah kalau ada yang menuduh
saya kafir, lantas saya langsung jadi kafir? Hanya Allah yang tahu saya
kafir atau bukan. Muslim atau bukan, anjing apa manusia. Tolonglah "Kang
Mas MUI" Sesama murid jangan memberi rapor.
Respon Cepat