Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

KEBERKAHAN ILMU

Assiry Gombal Mukiyo, 2016
Membaca pesan singkat salah satu Dosen di Sebuah Perguruan tinggi bergengsi di Indonesia Bpk.Bahrul Fuad dengan salah satu Mahasiswinya,
Saya kok sangat gusar dan semakin gelisah apakah Etika Mahasiswa di Kampus-Kampus yang kita bangga -banggakan selama ini sudah sedemikian buruknya. Sehingga "tepo sliro, unggah-ungguh, sopan santun, akhlaq" atau attitude Mahasiswanya menjadi kering.
Ketika di pesantren dulu para santri diwajibkan ngaji Kitab Ta'lim Muta'alim yang ditulis oleh Syeih Burhanuddin Az-Zarnuji, sebuah Kitab tuntunan bagi para pencari ilmu. Salah satu pasalnya tentang Fashl fii ta'dhimil ilmi wa ahlihi (pasal tentang menghargai ilmu dan guru).
Bahkan di PSKQ Modern Kajian Kitab ini menjadi Kajian wajib setiap hari selain hari Jumat karena libur. Jika Santri yang memilki indikasi akhlaq atau attitude yang buruk pasti akan mendapatkan sanksi sesuai kadar kesalahannya jika fatal pun bisa jadi dikeluarkan. Pun juga demikian jika seorang Guru melakukan kesalahan bisa saja diberhentikan berdasar tingkat kesalahannya, jika memang fatal.
SMS di atas adalah potret murid atau Mahasiswa di era masa kini. Kala masih kuliah S1 dulu, beberapa teman aktifis mengkritik bahwa Kitab Ta' lim Muta'alim tidak relevan dengan sistem belajar-mengajar di era modern yang berlaku di Universitas. Mereka menuduh bahwa ajaran dalam Kitab tersebut berpotensi membelenggu kebebasan berfikir dan daya kritis mahasiswa. 
Jika diperlukan boleh Seorang Murid, Mahasiswa atau Santri Mengkritik Gurunya tetapi harus dengan cara yang santun dan elegan.Ini yang nyaris dilupakan.
Namun hingga sekarang ini saya tetap konsisten mengamalkan ajaran Kitab Ta'lim Muta'alim dan saya dawamkan di PSKQ Modern sebagai materi wajib.
bahkan ketika belajar di Kampus S2 pun saya tetap mengamalkan ajaran tersebut, menghormati dosen dan professor saya layaknya para Ustad saya di pesantren. Begitu juga terhadap para Professor dan Dosen. Ada satu hal yang tidak dimiliki oleh sistem belajar modern saat ini yaitu "barokah ilmu".
Salah satu syarat mendapatkan keberkahan ilmu adalah menghormati guru dengan baik dengan menjaga sikap, prilaku dan ucapan sehingga tidak menjadikan Ustaz, Doktor, Profesor tersebut tersinggung dengan apa yang kita ucapkan dan kita perbuat.
Jika Bpk. Bahrul Fuad mengalami hal yang demikian, sering juga saya mengalami ketika beberapa orang yang entah siapa saya tidak kenal tiba -tiba seperti memaksa dengan inbok melalui fb, BBM, WA atau ngetag gambar di Medsos meminta mengoreksi karya kaligrafinya atau apapun itu. 
Padahal sebenarnya Seseorang yang ingin belajar dengan cara yang baik dan bermanfaat itu harus menemui seorang Guru secara langsung terlebih dahulu. 
Inilah yang menghubungkan sanad keilmuwan kita.
20 orang lebih Guru -guru Kaligrafi saya datangi langsung dan bisa sungkem dengan harapan mendapatkan Ridhonya. Hal inipun masih saya jalani hingga saat ini sejauh apapun tempatnya. Karena dengan Ridho Guru semata ilmu akan mengalir dengan keberkahan yang diberikan Allah.
Setelah ketemu, baru seorang Murid akan mengikuti apapun arahan Gurunya. Entah apakah bisa tashih langsung atau koreksi kaligrafi dengan media online atau media lainnya. Tentu harus diikuti oleh seorang Murid dengan khidmat. Shilaturrahim dan pertemuan antara Guru dan Murid adalah menjadi pintu pembuka keberkahan ilmu.
Saya juga prihatin karena tidak sedikit pembelajar Kaligrafi yang comot sana, comot sini belajar dengan cara ngacak berguru dengan sistem kutu loncat, kemudian setelah mendapat prestasi tiba -tiba ditanya oleh orang lain " Belajar Kaligrafinya dimana Ustaz ko bisa bagus dan Juara?"....Mereka menjawab dengan bangganya "Saya Otodidak Kok !!". Inilah bentuk keangkuhan atau kurangnya attitude dan penghargaan terhadap seorang Guru yang dikesampingkan. Padahal tanpa seorang Guru tentu tidak mungkin tiba-tiba bagus kaligrafinya hingga berprestasi tinggi.
Melihat fenomena kelakuan Santri, mahasiswa dan para pencari ilmu abad Modern ini, Saya jadi bingung, siapa yang sebenarnya butuh ketemu ?
Close Menu