Assiry, 13 April 2014
Kita harus berani membuka cakrawala
berpikir karena itu kemutlakan yang tak bisa ditawar. Meskipun pada saat
yang sama, keputusan atas kebebasan
berkreatifitas itu sendiri tetap harus berada pada koridor yang matang,
tidak melanggar syareat, dan merupakan buah dari kematangan-kematangan
intelektual maupun pikiran.
Bebas itu untuk menemukan keterbatasan, bukan bebas untuk kebebasan.
Bahwa untuk faham batas, Anda harus bebas dulu. Untuk bisa berhari-raya,
Anda harus berpuasa dahulu, untuk sukses dan mahir kaligrafipun anda
perlu belajar dan berguru kepada ahlinya dengan latihan keras.
Supaya Anda menikah dan bahagia dengan perempuan yang telah Anda
“pandang” itu, Anda tetap harus hanya memilih minimal satu. Kalau Anda
bebas memandang wong wedok sak akeh-akehe, lantas njajali (making love)
wong wedok sak akeh-akehe, itu bukan kebebasan namanya.
Jadi,
kebebasan yang dimaksud bukan berarti bebas dalam arti
sebebas-bebasnya. Kebebasan yang ditawarkan Tuhan adalah membuka
cakrawala seluas-luasnya untuk menentukan satu tujuan. Sebab ideologi
kebebasan selama ini sering disalah-artikan oleh manusia-manusia modern.
Padahal sejatinya, inti keselamatan kehidupan justru terletak pada
keterbatasan.
Dalam islam, tuntunannya jelas seperti yang
dicontohkan Rasulullah, makan jangan sampai kenyang, jangan makan
sebelum lapar, dan lain sebagainya. Bukankah hal tersebut merupakan
batas yang harus disadari demi keselamatan umat manusia?
Respon Cepat