Assiry gombal mukiyo, 07 April 2016
Hidup ini terkadang pelik, begitu menggelitik, rumit atau memaksa kita
untuk menjerit. Kehidupan yang kita jalani tidak ada yang kebetulan.
Tidak ada yang tidak disengaja, semuanya adalah karena Qudrat dan
IradatNya. Akan sulit buat kita untuk menangkap signal -signal itu, jika
tidak melihat setiap sudut, gejala, proses, debur, jalan yang kita
lalui tanpa melihatnya dengan kacamata iman.
Barangkali anda akan memaki, mengumpat, menyalahkan siapapun yang ada
disekitar anda ketika tiba -tiba anda jatuh dari motor misalnya, padahal
anda sudah hati -hati dan tidak kebut -kebutan saat mengendarainya.
Jatuhnya anda dari motor itupun adalah bagian dari skenario Tuhan. Atau
barangkali anda nekat bunuh diri terjun dari gedung bertingkat setelah
anda tahu bahwa istri anda direbut orang dan mau menikah. Ini adalah
soal cara pandang kita terhadap setiap debur ombak kehidupan yang harus
benar -benar kita fahami iramanya dengan selalu berbaik sangka
(husnudzan) karena Allah.
Sakit memang, berat, terlunta -lunta,
terseok, seperti ada gundukan gunung besar di pundak kita. Tetapi
yakinlah bahwa Tuhan tidak memberikan beban berat diluar kemampuan kita.
Jika hidupmu senang terus, bahagia terus, tidak pernah susah maka sudah
bisa dipastikan itu hanya ada di FTV.
Apa sih yang tidak susah
dalam hidup ini. Bahkan menikah yang katanya enak justru adalah urusan
yang paling susah dan bukan perkara mudah. Mudahnya cuma satu hal yaitu
soal kelon (seks). Tentu ini menjadi pengecualian bagi yang impoten.
Saya kadang terbahak ketika ada teman saya yang 'ngebet' segera menikah
karena niatnya biar bahagia. Menikah itu bukan soal mencari bahagia,
itu konsep yang keliru. Sopo sing wis rabi golek bahagia..? Tak jamin
kecewa …
Makanya ada konsep bahwa menikah di lima tahun pertama
dijamin goyah… nanti setelah lewat lima tahun stabil, karena konsep
nikahnya mencari bahagia.
Ketika sebelum menikah kamu harus
menemukan bahagia dalam dirimu sendiri, maka kamu sudah selesai dengan
dirimu sendiri. Dan ketika dirimu menikah maka urusannya adalah membagi
dan memberi kebahagiaan. Mau kamu mendapat kebahagiaan dari pasanganmu
atau tidak itu tidak ada masalah karena hatimu sudah berlimpah -limpah
penuh bahagia, kamu yang memberi bahagia dan kebahagiaaan bukan yang
butuh kebahagiaan.
Jadi ketika posisimu oleh Tuhan diskenariokan
menjadi tiang penyangga maka jadilah tiang penyangga yang kokoh, yang
tidak perlu menjadi pengeluh atas seluruh beban yang ditimpakan
kepadamu.
Coba bayangkan jika seluruh tiang bangunan yang ada di
dunia ini protes karena merasa lelah dan mengeluhkan bebannya maka bisa
dipastikan tidak ada bangunan tinggi yang kokoh menjulang.
Jadi
apapun kita, menghadapi masalah apapun dalam hidup ini yakinilah semua
itu adalah peran dan skenario Tuhan yang harus kita jalani dengan baik
dan ikhlas.
Respon Cepat