Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

HAKIKAT IMSAK

Assiry gombal mukiyo, 01 Juli 2016


Imsak sesungguhnya bukan penanda waktu bagi kita ketika menjelang subuh tiba dan dimulainya waktu kita berpuasa. Imsak memiliki arti menahan diri. Seumur hidup kita hakikatnya adalah Imsak. 

Jika Imsak adalah sebuah motor maka "ngerem" itulah yang saya sebut sebagai Imsak.

Kalau tiba-tiba Anda didatangi malaikat Jibril atas perintah Allah kemudian Ia membawa kabar gembira untuk menyuruh anda menikah sebanyak -banyaknya. Anda bisa memilih gadis manapun saja bisa negro, cina, latin atau papua yang semok, bahenol maupun yang gembrot. Jujur anda pasti senangnya bukan main.

Tapi hidup bukan soal urusan melampiaskan kesenangan. Bukan hanya soal urusan "ngegas". Yakinlah keselamatan atas diri kita ketika dalam hidup ini kita lebih sering ngerem daripada "ngegas pol".

Puasa adalah sarana latihan. Kita disekolahkan Tuhan diruang kelas yang bernama Puasa Ramadhan. Agar supaya bisa terus menerus belajar mengimsaki perilaku dan tata cara kita dalam menjalani kehidupan.

Saya kadang merenung dan tertawa sendiri. Dibandingkan dengan Tuna Wisma dan para gelandangan saja saya kalah telak. Mereka terus- menerus berpuasa tidak pernah tahu kapan harus makan dan minum secara pasti. Hidup mereka berlinang derita dan serba kekurangan. Sedangkan saya hanya untuk memuasi acara berbuka saja, perlu puluhan menu yang harus saya santap. Biar terlihat bahwa saya betul -betul lapar dan kehausan setelah sehari berpuasa.

Makan kita hanya sepiring mau pakai lauk atau cuma sambal bedanya cuma ditenggorokan setelah itu semua terbuang. Tidur kita cukup ada alas mau kasur atau lantai sekalipun alasnya, asal sudah mengantuk tentu tak ada beda rasanya, memakai baju/pakaian pun juga tidak jauh berbeda mau yang bekas atau yang baru.

Semoga kita bisa menjadi hamba yang bisa mengimsaki diri kita dan keluarga kita dari kebebasan dan hidup tanpa batasan.
Close Menu