Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

SELFIE HARAM SELFIE HALAL

Assiry Gombal Mukiyo, 18 September 2016



Teman -teman boleh tidak sepakat dengan saya bahwa Selfie itu boleh asalkan tidak mengandung unsur sara, Pornografi dan fitnah. Selfie bisa jadi haram bila selfie itu anda lakukan disaat lagi Solat misalnya, lagi ada orang kecelakaan tapi anda malah sibuk selfie, ada orang kebakaran rumahnya anda justru tidak membantu malah repot selfie dan banyak contoh - contoh lainnya yang mengakibatkan perilaku selfie tersebut menjadi over/ berlebihan sehingga berpotendi menjadi haram. Hal ini tentu bersifat kontekstual.

Saya memang tidak sependapat fatwa MUI Palu Sulteng, yang secara ceroboh memfatwakan bahwa Wanita bersuami haram selfie di Medsos sedangkan tidak ada larangan bagi Suami yang beristri untuk melakukan hal yang demikian. Ini kan diskriminasi namanya. Anda jangan tersinggung jika saya tidak sepakat dengan hal itu. MUI sudah beberapa kali memfatwakan sesuatu haram secara serampangan mulai dari mengemis haram, BPJS haram, rokok haram, facebook haram, sekarang juga selfie bagi wanita bersuami difatwakan haram, dan banyak lagi yang dihukumi haram juga sesat tanpa mempertimbangkan apa akibat yang akan ditimbulkan oleh fatwa tersebut.

Tidak hanya terjadi di Indonesia diluar negeripun banyak kasus -kasus fatwa yang lucu dan menjadi bahan lelucon. Pernah Uama di Malaysia mengharamkan yoga. Sebagian besar ulama Saudi hingga sekarang mengharamkan perempuan untuk menyetir mobil. Beberapa ulama Saudi juga melarang perempuan memakai “bra”, karena hal itu bisa menipu laki-laki, seolah-olah dia memiliki payudara yang besar, padahal belum tentu demikian, dan karena itu bisa dianggap sebagai tindakan penipuan dan harus difatwakan haram.

Begitu juga, perempuan diharamkan memakai sepatu dengan hak tinggi, lagi-lagi dengan alasan penipuan: dengan sepatu berhak tinggi, perempuan tampak lebih tinggi dari aslinya, dan itu jelas sangat menipu. Dalam hati saya berkata: kalau diterus-teruskan, perempuan juga dilarang berhias, karena bisa menipu pula, dia tampak lebih cantik dari aslinya, dan itu menipu laki-laki. Pertanyaannya Ko selalu yang menjadi obyek fatwa adalah petempuan.

MUI itu sebenarnya dari jenis apa? Jenis UFO atau malaikat? Ko begitu hebatnya sehingga memilki legalitas untuk memfatwakan sesuatu haram, halal, sesat dan lainnya. Tidak pernah dijelaskan. Tiba- tiba dijadikan lembaga fatwa, aneh sekali. Coba kita berfikir kritis sedikit apa sebenarnya status MUI? Instansi pemerintah? Ormas? Orsospol? Lembaga pemerintahankah? Tidak jelas, kan? Tapi ada anggaran APBN yang terus mengalir. Ini jadi membingungkan.

Menurut saya penggunaan nama Ulama' bisa disalahgunakan. Di MUI, asal bisa jadi pengurus MUI maka akan disebut sebagai ulama, meski hanya menjadi bendahara atau sekretaris.

Betul memang tidak semua orang kompeten untuk mengeluarkan sebuah fatwa. Tetapi, setiap orang berhak menilai apakah sebuah fatwa masuk akal atau tidak, apalagi jika fatwa itu menyangkut kehidupan masyarakat banyak. Dengan kata lain, cara terbaik yang dapat membantu orang-orang awam di bidang hukum Islam untuk menilai sebuah fatwa adalah akal sehat. Itulah modal mental paling berharga yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Dengan akal sehat, orang bisa sampai pada pendapat yang berbeda-beda. Perbedaan adalah hal yang biasa dan tentu alamiah.

Tetapi, memberangus perbedaan dengan alasan bahwa pendapat tertentu bertentangan dengan “fatwa” dari seorang atau lembaga ulama dan karena itu sesat, jelas tak masuk akal dan kontradiktif dengan hukum masyarakat.

Ok, merebaknya ‘Selfie’ sebenarnya diangkat dari kegelisahan yang menyeruak masyarakat hari-hari ini melalui media sosial. Selfie seolah menemukan panggung tersendiri bagi manusia tersebut. Selfie ialah kegiatan mengenalkan potret diri kepada khalayak. Potret diri bisa jadi kebohongan pribadi melalui pencitraan. Dan ataupun kejujuran dalam diri manusia melalui publikasi tentang apa yang dilakukan.

Memang faktanya aneka unggahan foto di jejaring sosial tetap didominasi oleh aneka kesibukan pribadi. Ada potret mangkok bakso yang telah kosong dengan tulisan hmmm yummy, ada bentuk rambut baru karena seseorang baru keluar dari salon, atau tentang mobil baru yang baru saja datang ke rumah dengan tulisan: "rezeki anak saleh", ada yang baru nikah kemudian bikin status : Edisi berpelukan dengan istri tercinta" dan banyak yang lainnya.

Tidak bisa dipungkiri, Selfie sudah begitu membabi buta ketika sedang melakukan ibadah haji dan Umrah malah bukannya sibuk ibadah melainkan selfi -selfie, parahnya selfie didepan makam Nabi kemudian fiunggah di FB dengan status " Edisi Kangen dengan Nabi Muhammad". Memangnya Nabi itu Embahmu? Apa Nabi itu mantanmu yang lama tidak pernah ketemu?

Namun bagi jamaah umrah atau haji dari kalangan laki-laki bisa menjadi soal serius jika Selfie tetapi kain ihramnya melorot misalnya. Sebab, batas aurat kaum Adam adalah dari pusar hingga lutut.

Faktanya, tanpa sadar banyak jamaah pria ketika mengenakan ihram, wilayah bagian bawah pusarnya kerapkali terbuka karena kain ihramnya melorot kebawah karena sibuk Selfie. Ini kerap kali terjadi terutama pada jamaah lelaki yang berperut gendut.

Kini, sangat mudah mencari foto wajah seseorang dengan senyum semanis malaikat, dengan sebuah tangan yang seperti terpenggal nyaris setengah, dan dengan bibir memonyong. Itulah gaya selfie yang terkenal itu. Sebuah riset mencatat, generasi milenium ini, dalam setahun bisa mengabadikan sekitar dua ribuan foto dalam setahun dengan gambar wajah mereka sendiri.

Maka jangan kaget, jika kebutuhan selfie itu saat ini makin terasa mendesak di banding isu- isu sosial pada umumnya. Bahkan saat sedang melayat orang mati, seseorang bisa memajang senyum paling manis dan klik, bergaya di samping peti jenazah misalnya. Saya khawatir jika semua ini adalah gambaran dari pemujaan kepada diri sendiri yang sedang sampai di puncak paling tinggi.

Perilaku selfie yang semacam ini yang saya tidak pernah setuju dan haram hukumnya. Tetapi kelucuan -kelucuan itu terus saja merebak dan menyeruak bergumul bersama pro kontra halal dan haramnya selfie. Ketika ada ustadz HTI yang punya fans 3 juta lebih di FB. Di twitter dia 14 kali bikin twit yang mengarah pada fatwa haramnya selfie, apapun bentuknya pokoknya selfie haram, Eeeehh ternyata habis itu dia gagah-gagahan bikin selfie sendiri dan berkicau bangga dan senang karena habis selfie. Ini namanya mirip pepatah ibu Kartini “ Habis Selfie Haram Jadilah Halal”.

Jadi ingat sama koleganya yaitu "Partai Ajaib" yang pernah berkali-kali bikin manuver politik plin-plan dan jungkir balik. Kalo beda kepentingan jadi haram, tapi kalo sesuai tujuannya berubah jadi halal. “Pemimpin wanita haram, pemimpin wanita halal”, “Pemimpin kafir haram, pemimpin kafir halal”. Lama-lama mungkin juga bakal ada “Korupsi haram, korupsi halal asal untuk membangun masjid asal syaratnya tidak ketahuan. Inikan lucu.

Kalo mau selfie ya selfie saja tidak usah fatwa selfie haram selfie halal. Asal kita memahami kontekstual dan situasinya kapan harus selfie, dimana kita bisa dan pantas selfie, dengan tetap menata niat saat selfie dan tentu sekadar hiburan tidak ada masalah sebenarnya. Mau yang selfie Wanita bersuami atau Suami yang beristri atau Simbahmu yang juga ingin selfie tak ada masalah.

Kalau sudah begini ujungnya malah malu sendiri kan? Begitu pula kalau mau politik ya politik saja tidak usah memakai fatwa pemimpin anu haram pemimpin ini halal, itu tandanya tidak bisa berpolitik tapi mau menang politik tetapi memakai cara yang ndak sportif.

Saran saya jika mau komentar, maka komentar yang sopan, dengan membaca setiap postingan dan tulisan saya dengan membaca baik - baik secara runut dan runtut. Bahkan kalau perlu dibaca berulang -ulang kali, jangan mau jadi "generasi kempong" yang tidak mengerti apa yang ditulis dan hanya membaca judul tulisan langsung ribut. Atau kalau tidak sependapat dengan saya maka balaslah tulisan saya ini dengan sebuah tulisan. Tulisan dibalas dengan tulisan, itu yang benar, jangan malah ngajak ribut, betul begitu kang mas?
 
#EdisiMukidiNepukJidatSambilSpliitttt
Close Menu