Assiry gombal mukiyo, 05 Oktober 2016
Tradisi “tulis-menulis indah al-Quran” masih terbilang pasif, tidak
se-semarak pesantren tahfidz al-Quran. Sebab menghafal dan membaca
melibatkan aspek kognitif. Sedangkan menulis Kaligrafi lebih dari itu.
Selain melibatkan aspek kognitif, menulis kaligrafi melibatkan aspek
psikomotorik juga. Menulis kaligrafi juga membutuhkan adanya minat yang
besar dan latihan kontinyu. Tidak semua orang bisa melakukannya. Anda
pasti setuju dengan pernyataan ini. Oleh karena itu, pengembangan
kaligrafi masih membutuhkan penanganan yang sangat serius dan
profesional.
Salah satu lembaga pendidikan yang berkecimpung
dalam mengembangkan tradisi tulis-menulis kaligrafi Al-Quran, Melukis
Kaligrafi dan Seni Rupa terapan adalah Pesantren Seni Rupa &
Kaligrafi Al Quran ( PSKQ MODERN) Program utama pesantren ini disebut
Pendidikan dan Latihan (diklat) dengan mengasah kaligrafi pada berbagai
media dan penguasaan terhadap Seni Rupa terapan yang tidak bisa lepas
dan berpaut erat dengan Kaligrafi.
Pembelajaran dalam Kemahiran
Menulis Kaligrafi Al-Quran dan Seni Rupa terapan di PSKQ Modern dalam
literatur pendidikan juga disebut sebagai pendidikan, hanya saja lebih
mengarahkan bagaimana seorang anak didik/Santri memperoleh kecakapan
motorik atau kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan (acquiring
skill). Perbedaan ini sungguh sangat prinsipil sekali dari pendidikan
yang diselenggarakan pada umumnya di beberapa lembaga pendidikan baik
formal maupun non formal.
James E. Manzur dalam ensiklopedi dunia
“Windows Encharta” mengatakan, pelatihan disebut dengan “learning motor
skills”, begitu juga dengan kaligrafi. “Learning motor skills” adalah
usaha belajar atau melatih kemampuan atau kecakapan untuk melakukan
berbagai tindakan gerak fisik.
Pada umumnya kegiatan motorik atau
pelatihan ini membutuhkan proses yang bertahap, tetapi dalam waktu yang
singkat dan terprogram. Oleh karena itu, untuk memantapkan skill yang
akan dicapai, “learner” maka Santri PSKQ Modern atau peserta didik
kaligrafi hendaklah senantiasa rutin dan terus-menerus latihan sampai
mampu memiliki kompetensi yang akan dicapai dan tentunya dengan
bimbingan guru yang mumpuni dan kapabel.
Disamping itu, santri
PSKQ Modern ini membutuhkan umpan balik (feedback) antara dirinya dengan
pembina (ustad) untuk mengidentifikasi apa saja kekurangannya, dan
bagaimana cara memperbaiki kekurangannya itu. Ketika program pelatihan
Kaligrafi, baik kursus maupun Diklat berlangsung, maka Santti/Peserta
didik harus selalu memberikan perhatian ekstra, mengikuti petunjuk sang
pelatih( guru), dan berusaha sekuat tenaga untuk mengerjakan tugas-tugas
latihan mandirinya. Setelah mampu menguasai skill, pekerjaan motorik
tersebut dapat dilakukan dengan otomatis, lihai, atau mahir.
Jadi, eksistensi PSKQ Modern ini adalah memberikan pengaruh yang intens
untuk menumbuh kembangkan minat generasi muda muslim Indonesia dalam
memperhatikan agamanya, termasuk mempertahankan agama dan melestarikan
budaya tulis-menulis Al-Quran. Satu hal yang mesti kita sadari, untuk
mewujudkan idealisme itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Kesadaran pemerintah khususnya pemerintah daerah untuk menyelenggarakan
program serupa sangat diharapkan meskipun kita jangan terlalu banyak
berharap dari Pemerintah. Jika demikian, akan bermunculan
“pendekar-pendekar baru” kaligrafi yang cinta kepada Al-Quran.
Mudah-mudahan Visi Misi PSKQ Modern yang sudah jelas saya nyatakan dan
buktikan untuk terus mengkader, membina, melatih dan menebar virus-virus
keindahan kaligrafi bisa istiqamah demi idealisme memperjuangkan agama
dari tradisi perkaligrafian, dan meningkatkan minat serta mencetak kader
-kader kaligrafer yang mumpuni.
Respon Cepat