Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

VIRUS AHOK

Assiry gombal mukiyo, 12 Oktober 2016


Makhluk Allah yang satu ini yang dikenal dengan panggilan " Ahok" adalah makhluk khusus yang oleh Allah sengaja diciptakan sebagai virus yang menohok. Menohok akal fikiran yang sehat bahkan yang sebelumnya bugar dan waras otaknya, menjadi gila dan kejang-kejang karena radang nalar berfikir jernih karena terjangkiti virus Ahok. 
Bersikaplah sedang-sedang saja dalam segala hal, jangan berlebih-lebihan. Termasuk sedang-sedang saja dalam menyenangi atau mendukungnya dan tidak berlebih-lebihan dalam membenci atau tidak mendukungnya sebagai calon kepala daerah.
Ada apa dengan ahok ini? Sedemikian hebatnya sehingga kita harus membuang-buang energi yang justru mengakibatkan kita jadi centang-perenang, bercerai -berai, saling tuding, saling cakar dalam berpendapat, saling bantah dengan alibi masing-masing yang butuh pembenaran. Begitu kuat dan perkasa pengaruhnya sehingga virus-virusnya mengakibatkan kedengkian kita terhadap sesama yang mestinya kita terus menanam dan menjaga benih kerukunan agar tunas-tunas keharmonisan dan ukhuwwah islamiyah kita menjadi bersemi dan terus lestari, justru menjadi kering dan sekarat ditengah-tengah masyarakat kita yang pro dan kontra.
Perdebatan mengenai pemimpin yang dikaitkan dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) hanya akan menghancurkan tatanan berbangsa dan bernegara yang sudah baik. Hanya karena berbeda menafsirkan Ayat 51 Surat Al Maidah, tidak sedikit yang begitu gampang mencaci seseorang dan berkomentar kasar dengan argumentasi SARA. Dimana letak keislaman kita. Jika menjaga lisan saja kita tidak bisa. Sedangkan essensi Islam adalah bukan hanya bisa menjaga lisan dan seluruh anggota badan dari tindakan keji dan dosa tetapi kita juga bisa menjadi pribadi yang mengamankan maka disebut Mukmin, dan pribadi yang damai dan menentramkan makanya disebut Muslim.
Kita menuding orang lain menistakan agama kita, padahal seseorang yang kita tuding-tuding itu tidak merasa menistakan dan juga belum tentu memang berniat menistakan. Bisa jadi karena kita gagal faham atau itu hanya asumsi kita yang terlalu cinta terhadap islam namun akhirnya sikap dan perilaku kita justru menjadi membabi buta.
Tokoh-tokoh agama yang mustinya menjadi panutan harus terus bisa menjadi figur penengah bukan penyulut dan pembakar sehingga berkobar api kebencian. Sebaiknya memang tokoh-tokoh agama berperan sebagai oase ditengah gurun perpolitikan yang kerontang. Agar ummat tetap adem, tenang dan kondusif dengan tetap bisa menerima dan menghormati perbedaan dengan dewasa.
Kita semangat sekali menuduh orang lain kafir, nista, sesat dan kata kotor lainnya sambil teriak Allahu Akbar. Sudahkah kita bercermin dengan melihat diri kita sendiri dahulu. Lihat dan koreksi dahulu diri kita sebelum menuding dan mengoreksi orang lain. Justru kita sering terjebak kedalam kedangkalan dan kelemahan kita sendiri. Jangan-jangan kita sendiri yang mengaku Muslim dan Mukmin inilah yang justru menistakan Tuhan. Kita tahu betul bahwa Perdamaian dan kerukunan dalam perbedaan itu perintah Tuhan tetapi kita sering melanggar, kita tahu Sholat 5 waktu itu perintah Tuhan sering mengabaikan, kita mengerti bahwa zakat itu wajib bagi yang mampu, faktanya justru kita rajin korupsi dan memanipulasi. Jika perilaku kita masih demikian apakah layak dan pantas kita mengatakan dengan menudingnya sesat, kafir dan nista. Kita yang berperilaku seperti itulah yang sebenarnya menistakan Tuhan.
Saya juga tidak berani mengatakan bahwa Ahok itu Kafir, toh dia juga mengakui bahwa Tuhan itu ada, dia bukan atheis atau agnostik. Begitu sebaliknya bahwa saya tidak bisa menilai diri saya baik, muslim, mukmin atau tidak karena Tuhan yang mengetahui sesungguhnya saya. Kita tidak berhak mengambil wewenang Tuhan untuk menilai apakah seseorang itu benar-benar Muslim atau kafir atau sebaliknya. Itu wilayah Tuhan yang menentukan bukan manusia.
Bahkan Nabi Saw pernah bersabda: “Tidak termasuk orang yang beriman, siapa saja yang kenyang sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (HR. Bukhari)
Jadi kita kenyang sendiri sementara tetangga kita kelaparan saja kita bisa terjerumus dalam kekafiran.
Jika ditinjau dari hadist-hadist Nabi, kekafiran itu identik dengan moral seseorang. Bukhari misalnya meriwayatkan, “Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia sedang berzina. Tidaklah beriman seorang peminum khamar ketika ia sedang meminum khamar. Tidaklah beriman seorang pencuri ketika ia sedang mencuri".
Sangat banyak komentar yang tidak santun, kasar, ason-asonan dan tidak sesuai dengan agama kita yang cinta dan damai. Hanya karena warna baju agama, ras dan pilihan kita terhadap pimpinan daerah berbeda. Ini tentu bertentangan dengan agama kita. Ternyata Demokrasi belum benar-benar kokoh di negara ini. Buktinya, kalau mau hebat caranya dengan melakukan kampanye hitam, mencari kesalahan orang lain. Maka, kemudian politik kita bercitra buruk, menjadi negatif dengan mengangkat isu sara.
Isu sara sama sekali tidak diperkenankan untuk digunakan dalam rangka mendiskreditkan orang lain. Kita menjunjung tinggi budaya dan adab. Tidak boleh merendahkan pihak lain untuk suatu kemenangan politik. Tidak boleh menyerang dengan SARA untuk mengalahkan lawan politik. Itu melanggar UUD 1945.
Ahok adalah ujian bagi kita. Apakah kita sebagai Muslim dan mukmin yang tetap nenjaga akhlak kita, menjaga marwah dan harga diri agama Islam. Agama yang oleh Allah disebut sebagai agama pamungkas, bahkan Nabi Muhammad disebut sebagai uswah atau contoh teladan dalam berbagai hal, lebih - lebih tentang akhlaknya yang luhur dalam nenghadapi kawan maupun lawan-lawannya.
Siapa teladan kita kalau bukan Kanjeng Nabi Muhammad SAW?
 
Close Menu