Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

HEBATNYA NENEK MOYANG KITA

Assiry gombal mukiyo, 6 April 2014
 
Brdasarkan perhitungan yang ada, sekolah di Indonesia sudah berusia 114 tahun, ini artinya sekolah sudah ada sejak zaman pra kemerdekaan. 

Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana manusia nusantara sebelum sistem sekolah itu masuk ke nusantara, apakah mereka tidak bersekolah? Kemudian, dengan adanya sekolah apakah kita menjadi lebih pintar atau dengan bersekolah justru menjadi awal mula dari kebodohan kita?

Pada tahun 1909, Belanda melaksanakan sensus buta huruf di Indonesia, dari sensus tersebut disimpulkan bahwa 99% penduduk di Indonesia adalah masyarakat buta huruf, dan hanya 1% yang dinyatakan melek huruf. Namun yang tidak disadari dari sensus tersebut adalah bahwa buta huruf yang dimaksudkan adalah buta huruf alfabet ABCD dst sampai Z. Dan tidak terdata masyarakat yang melek huruf “alif, ba, ta, tsa dst”, huruf Sansakerta atau Aksara Jawa (Ha Na Ca Ra Ka).

Sehingga orang yang melek huruf-huruf tersebut tetap dinyatakan buta huruf apabila ia tidak melek huruf ABCD. Padahal pada saat itu sangat banyak sekali orang yang melek huruf Hijaiyah, huruf Jawa bahkan juga Sansakerta. Dan setelah kita mengenal ABCD, kita belum pernah mencapai kehidupan secuil pun dari yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita.

Walisongo itu terdiri dari 9 orang wali dan dibantu dengan staff-staffnya. Walisongo yang 9 orang itu mampu mengislamkan seluruh penduduk nusantara dengan sangat damai dan toleran dengan waktu yang sangat cepat. Sebaliknya, saat ini ribuan ustadz di Indonesia justru melakukan kegiatan yang membuat semua orang merasa ngeri berada didalam Islam. Mulai dari yang dituduh kafir, bid’ah, musyrik, sesat dan sebagainya.

Masihkah anda berani bilang bahwa keberadaan wali songo adalah sumber petaka dan peperangan?......
Sedangkan para Ustadz tidak lagi menjadi tempat yang nyaman bagi ummat manusia, menebar teror bidah, sesat, kafir bahkan koar-koar halal seseorang darahnya ditumpahkan jika tidak sefaham dan berbeda dengan apa yang difatwakan.
Close Menu