Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

REUNI 212

Oleh: Eko K.


Desember tahun lalu ada serombongan orang datang ke Monas. Mereka merasa mewakili emosi agamanya. Orang-orang polos yang mencintai agamanya itu percaya, Ahok menista agama. Meskipun berkali-kali diterangkan dan Ahok minta maaf, tapi mereka terus ngotot.

Tuntutannya agar Ahok dihukum. Mereka memaksa Ahok dipenjara. Sudah. Tuntutannya terpenuhi. Ahok dipenjara. Dia menerima dengan ikhlas. Dihadapi semua itu secara jantan.

Orang-orang yang berkumpul itu lega, merayakan kemenangan. Merasa sudah menjadi mujahid membela agamanya. Saya menuding demonstrasi 212 bukan membela agama, tapi hanya gerakan politik yang menunggangi agama. Tapi mereka marah. "Ini gak ada sangkut pautnya dengan politik. Ini soal akidah," kata mereka.

Ok, jika itu alasan mereka. Ahok sudah dipenjara. Tuntutan sudah dipenuhi. Mestinya selesai. Tapi hari ini sebagian mereka berkumpul lagi. Entah untuk apa. Padahal alasan mereka berkumpul pada 2 Desember tahun lalu sudah terlaksana. Tuntutan mereka sudah terpenuhi. Lantas untuk apalagi reuni itu?

Apakah mereka benar-benar sedang memperjuangkan agama seperti alasan mereka berkumpul dulu? Atau sebetulnya, sebagian besar orang yang berkumpul tahun lalu telah ditipu mentah-mentah? Mereka digiring seperti domba, dicekoki dalil agama. Padahal sesungguhnya mereka dipakai hanya untuk meraih kekuasaan politik. Tidak lebih.

Buktinya sekarang orang-orang digiring lagi ke monas. Untuk apa? Membela agama? Membela dari apa, wong gak ada apa-apa sekarang.
Jadi buat apa dikumpulkan orang sebanyak itu?

Ini soal politik. Dulu targetnya Ahok. Berhasil dilengserkan. Hasilnya, bisa dinikmati sekarang oleh warga Jakarta. RAPBN menghibahkan Rp 40 miliar untuk organisasi PAUD, yang alamatnya saja gak jelas. Subsidi sembako dipotong. KJP akan dikurangi. Pembangunan MRT susah untuk dilanjutkan karena dananya distop. Gubernur memiliki tim sebanyak 74 orang yang menghabiskan anggaran Rp 28 miliar setahun.

Lantas rakyat dapat apa?
Tanyakan kepada para penggagas reuni 212 itu, maka jawabannya begini : rakyat mendapatkan Gubernur seagama.

"Kami tidak menjanjikan Gubernur yang cakap. Tidak menjanjikan Gubernur yang sigap dan bekerja. Tidak menjanjikan Gubernur yang amanah. Yang kami janjikan adalah Gubernur yang seagama. Cukup. Jangan minta yang macam-macam."

Lho, itu sudah berhasil kan? Kini untuk apa reuni 212 itu dibuat?
"Sekarang targetnya adalah Presiden Jokowi."
"Lho, Pak Jokowi kan muslim?"
"Iya, tapi Jokowi seperti Ahok. Dana APBN semuanya diarahkan untuk rakyat. Untuk membangun infrastruktur. Membangun jalan, listrik, bandara, pelabuhan, tol, kereta api. Lalu buat kita mana? Karena itulah kita membuat reuni 212."
"Jadi bukan untuk membela agama?"
"Pokoknya, rumusan kita begini, siapa saja pemimpin yang bekerja untuk rakyat akan kita jadikan musuh agama. Seperti Ahok. Seperti Jokowi."
Close Menu