Assiry gombal mukiyo, 2 November 2014
Segala sesuatu
yang kita jalani dalam hidup selalu mncari yang bernama enak kepenak ,
hidup mapan ,hidup mulia dan hidup sejahtera.
Tapi enak yang kita
inginkan tentu akan ada batasannya, ada koridornya, ada sistem dalam
diri kita yang mengatur agar bsa menempatkannya secara tepat.
Makan sempol ayam bakar itu enak tapi jika makanmu itu didepan orang
yang kelaparan tanpa memperhitungkan apakh dia sudah makan apa belum,
apakah dia betul-betul tidak ingin makn atas apa yang anda makan itu shingga
bisa jadi orang tersebut hnya bisa "ngulu idhu" celam - celam lidahnya
tanpa anda menawarkan sedikitpun mskipun hanya basa-basi.
Melakukan seks itu enak dan nikmat, jika anda lakukan dengan pasangan
syah anda melakukannya pun di tempat yang nyaman dan romantis, sehingga
bisa menemukan essensi dari nikmat itu sendiri.
Apa jadinya jika
anda melakukan seks di pinggir jalan ,ditengah-tengah lapangan, atau mungkin
di rerimbunan semak -semak belukar. Bahkan pernah sekali saya pergoki
muda -mudi yang melakukan "itu " dibawah daun pisang di sudut sebuah gang.
Saya intip dosa tidak diintip juga sayang sudah kepalang. Untung saja itu ketemu saya, coba kalau ketemu Satpam Ronda atau warga bisa dicokok di Balai Desa dan mungkin babak belur.
Apa enaknya? Apa karena lebih hot karena memacu adrenalin atau karena kepepet dan kebelet.
Tuhan menciptakn ruang dan waktu, mengajarkan tentang nilai dan
martabat sebagai makhluk paling sempurna (ahsan taqwiim) yang berbeda
jauh dengan mkhluk lainnya. Kita bisa lebih tinggi derajat kita dibnding
malaikat, pun bisa lebih rendah dengan binatang sekalipun.
Letak
perbedaan kita dengan Makhluk lainnya adalah kita memiliki nafsu dan
juga akal. Malaikat diberikan Allah kesempurnaan tapi tidak memilimi
nafsu. Jika Tuhan perintahkan bersujud ya kompak pasti bersujud (la
ya'shunallaha ma amarahum wayaf'aluna ma yu maruuun ). Sedangkan
binatang memiliki insting tapi tidak memiliki akal, sehingga wajar saja
jika binatang bisa kawin kapan saja, dimana saja, tanpa menghiraukan
betapa banyak orang yang nonton atas adegan itu. Jauhkanlah kebinatangan dalam diri kita, dalam hal apapun itu.
Jika kita sanggup membuang sifat -sifat binatang dengan akal fikiran
kita, menggunakan nafsu dan menahkodainya tepat kiranya Tuhan
menganugerahi kita sebagai Khalifah fi al ardhi.
Respon Cepat