Assiry, 6 November 2014
Disebuah ruang gaduh DPR
Wajahmu terbayang-bayang muram
Bagai tertimpuk tertindih meja
Berlatar suara dan makian yang menerkam
Banjir di aceh
Gemuruhnya bergelut debur rindu
Kemarau panjang dimana -mana
Teriknya membunuh siapa saja
Kerontang jiwa
Basah reda hujanmu
Sudahlah sudah !
Angin puting yang berbaju agama terpelanting pusing
Menghancurkan segala kemapanan
Menjelma menjadi tsunami
Membabat habis setiap benih kerukunan
Tanah dan air sibuk bersenggama
Melahirkan kegelisahan, kepongahan dan kehancuran
Minah..Rambutmu yang lebat
Mengingatkanku saat angin mengusap lembut
Rimbun pepohonan tempat kita bercumbu dulu
Memacu deru berburu desah desau itu
Debu dan kerikil tersipu
Kita tak perdulikan senja yang bergelut dengan FPI
Membakar dan merusak kemesraan kita
Aku melumat seluruhmu dalam-dalam
Bahkan gemuruh gunung sinabung
Tak mampu mengalahkan letupan
Suara detak rindu yang terpendam sekian abad
saat adam dan hawa bersua
Keberadaanmu
Cukuplah cukup bagiku
Tak perlu lagi aku mencari
DPR tandingan dalam dirimu.
Respon Cepat