Assiry gombal mukiyo, 28 Mei 2015
Saya menyebut proses belajar di PSKQ Modern sebagai proses metamorfosis
Santri -santri PSKQ yang lebih suka saya anggap bukan sebagai Santri
atau murid saya, tetapi lebih kepada teman atau karib.
Mereka adalah ulat yang mengliat-nggliat yang sedang mengepompongkan dirinya agar kelak menjadi kupu-kupu yang menawan hati.
Kepompong sendiri mewakili sebuah siklus kehidupan. Saat ulat menjadi
kepompong, dia hanya diam tidak bisa pergi kemana-mana dan begitulah
seharusnya Santri -santri yang belajar mengepompongkan bagi ilmu yang
diimpikannya. Selanjutnya, dia bahagia dan keluar dari kepompongnya saat
menjadi sesuatu yang diimpikannya itu.
Ulat tidak pernah tertipu
terhadap dirinya sendiri. Ulat juga tidak mungkin keluar dari
kepompongnya sebelum ia betul -betul telah siap dan menjelma menjadi
kupu -kupu.
Justru kita ini yang cenderung suka menipu diri sendiri. Suka tertipu akan proses kepompong kita sendiri.
Kita menganggap diri kita sudah menjadi kupu -kupu padahal sebenarnya
masih berupa ulat. Kita ingin sesegera mungkin melewati proses kepompong
itu. Padahal proses itu adalah sebuah keniscayaan. Bersabarlah seperti
sabar dan pasrahnya seekor ulat ketika ingin menjadi kupu-kupu.
Tidak banyak orang yang tahu bahwa manusia juga memiliki siklus hidup
yang sama dengan kupu-kupu. Ada kelahiran, ada pertumbuhan yang dikuasai
nafsu dan keegoisan, keangkuhan, ada kematian sementara karena
kegagalan -kegagalan tertentu, kemudian kebangkitan yang mengagumkan.
Kebanyakan orang tidak mencapai bentuk sempurnanya, kecuali orang-orang
yang pernah masuk ke Kastil kehidupan Kupu-kupu.
Membaca fenomenologi metamorfosis akhir kupu-kupu. Pikiran kita akan
menemukan cakrawala baru tentang proses luar-biasanya. berproses dari
ulat menjadi kepompong dan kepompong menjadi kupu-kupu. Ulat adalah
hewan yang menjijikan. Banyak manusia merasa tidak nyaman jika
mendekatinya. Dalam hal ini sang pencipta ulat, mencurahkan hak penuh
padanya untuk mencari jalan keluar menuju hidup yang harmonis bisa
bergaul/ berinteraksi dengan yang lain berprestasi dan menebarkan
kemanfaatan.
Seekor ulat berani berspekulasi ‘berpuasa’/
tirakat,
untuk berubah total wujud demi cita-citanya yang tidak mungkin terwujud.
Tetapi dengan keyakinan, keteguhan, ketekunan, optimis pada dirinya
ulat melakukan ‘kontemplasi’ untuk sukses dalam revolusinya, dan
ternyata berhasil menjadi mahluk mulia. Entah menjadi Seniman ,
Kaligrafer, Presiden, Menteri, Pengusaha atau apapun saja yang yang anda
diimpikan.
Sinergi dengan filosofis kehidupan manusia, bahwa dalam rangka meniti
perjalanan hidup ia harus mampu mengkonstruksi, merubah adat kebiasaan
yang negatif. Seperti jika anda menjadi Santri di Kepompong sebuah
Kampus /Pesantren misalnya: makan sekenyang -kenyangnya, tidur sepuas -
puasnya, waktu yang terbuang hanya untuk main -main, hura-hura, Ngobrol
ngalor -ngidul, ketawa -ketiwi, sehingga lupa pada fokus awal bahwa
sekarang anda sedang menjalani proses metamorfosis itu.
Anda harus berani merevolusi diri total seperti halnya kupu-kupu. Jika
anda dalam proses mencari kesejatian ilmu misalnya, anda harus
bisa "sendiko dhawuh" artinya mengikuti perintah dan petuah guru.
Setiap Guru itu menuntun jalan pembahagiaan dari jutaan jalan yang penuh
liku, ini tidak mudah. Banyak guru yang harus mengorbankan waktunya,
kesenangannya bahkan mengabaikan waktu untuk keluarganya hanya untuk
membimbing dan mengarahkan Santri/Mahasiswany agar kelak ulat-ulat itu
betul -betul bisa berubah menjadi kupu-kupu yang penuh warna.
Meskipun justru kadang ada saja murid yang membalas jasa seorang Guru
dengan makian, gunjingan yang kotor dan merendahkan gurunya.
Naudzubillah.
Manusia lebih sempurna dari pada kupu-kupu, yang
berstatus sebagai binatang. Manusia dibekali hati dan akal untuk
berfikir bagaimana merubah dirinya dan menggunakan fikiran untuk belajar
membaca kesuksesan alam. Menggunakan fikiran untuk membaca bagaimana
ulat menjadi kepompong, bagaimana proses panjang kepompong menjadi
kupu-kupu yang indah dan mempesona. Dengan akal fikiran pasti manusia
mampu mencerna, mencermati perubahan signifikan alam, sehingga bisa
menerapkan nilai-nilai tersembunyi dari alam pada dirinya.
Bagi
saya, hidup bukan hanya sekedar bertahan hidup. Ketika kita hidup tidak
bertumbuh, tidak berkembang, tidak bisa menaburkan kemanfaatan kepada
sesama maka pada hakekatnya kita sudah mati.
Ilmuwan paling
terkemuka abad-20, Albert Eisntein mengatakan, "Hanya orang-orang gila
yang mengharapkan hasil berbeda tetapi menggunakan cara-cara yang sama."
Illustrasi:
Bukti nyata begitu beratnya proses metamorfosis Santri -Santri PSKQ
yang detail dan padat dalam belajar kaligrafi, batik, Bahasa Arab
Inggris, Ngaji Kitab / Al Quran, belajar nagham Tilawatil Quran, praktek
kaligrafi dinding dan kubah Masjid, Praktek Seni Rupa di PSKQ Modern.
Bagi Santri PSKQ Modern yang lolos dari proses kepompong maka jadilah ia kupu -kupu yang penuh pesona karya-karyanya.
Respon Cepat