Anda tentu ingat beberapa penggal bait syair yang pernah ditulis oleh KH.Wahab Hasbullah seperti ini bunyinya:
Ya ahlal wathon ya ahlal wathon
Hubbul wathon minal iman
Wahai anak bangsa wahai anak bangsa
Cinta tanah air itu bagian dari iman
Hubbul wathon ya ahlal wathon
Wa la takun ahlal hirman
Cinta tanah air wahai anak bangsa
Dan janganlah kalian menjadi orang yang tertinggal
Innal kamala bil a'mali
Wa laisa dzalika bil aqwaali
Sesungguhnya kesempurnaan (Cinta tanah air) itu diringi perbuatan
tidak hanya sekadar ucapan
Sungguh memberikan dentuman semangat yang menggelorakan rasa cinta
terhadap negeri ini. Terasa terbakar 'ghirah' kita untuk terus menggali,
mengenali dan mencintai tanah air ini.
Penanaman rasa cinta
tanah air perlu dilakukan kepada anak bangsa sejak kecil hingga dewasa.
Dengan mendidik anak sejak kecil untuk mencintai tanah air akan memiliki
rasa kecintaan yang tinggi terhadap tanah tumpah darahnya, tanah air
tempatnya tumbuh dan berkembang.
Hal itu harus terus dipelihara
bahkan hingga anak tumbuh menjadi dewasa. Rasa cinta itu merupakan modal
dalam pembangunan negara. Selain menanamkan rasa cinta tanah air, juga
perlu diajarkan kepada anak sejak dini yakni dengan meneladani akhlak
yang mulia Nabi Besar Muhammad SAW.
Bangsa lain fokus
membangun
negerinya, sedangkan kita masih ribut memperdebatkan khilafiah dan
mendirikan khilafah. Pancasila sudah final. Boleh berdebat penafsirannya
tidak boleh memperdebatkan butir-butirnya.
Menjungjung tinggi toleransi dan tenggang rasa menjadi oase di padang pasir keberagamaan yang begitu luasnya di negeri ini.
Inipun sudah dicontohkan para Pendakwah dahulu yang begitu toleran
menghormati perbedaan. Mari kita melongok kembali bagaimana sejarah
Sunan Kudus yang enggan menyembelih sapi, karena menghormati tradisi non
muslim ( Hindu -Budha). Bahkan bangunan masjid kudus mengakomodasi
arsitektur non muslim yang berkembang pada waktu itu. Tidak anti dengan
kebudayaan lokal.
Muslim itu harus seperti air laut, meskipun
ratusan sungai mengalikan air tawar, ia tetap asin dan tak pernah
memaksa ikan di dalamnya menjadi asin. Ketika kita akan melakukan
perbuatan tercela, ingat merah putih, malu di dalamnya ada tumpah darah
para pahlawan dan jadi diri bangsa yang memiliki adat dan etika
ketimuran.
Anak-anak kita ajak ke makam pahlawan, anak-anak mengerti itu orang mati, kita bukan untuk menyembahnya.
Jelaskan, ini kopral ‘ini’ adalah pahlawan, makam itu adalah makamnya
pahlawan tak dikenal. Kenalkan para pahlawan kepada anak-anak kita sejak
dini. Agar mereka paham kemerdekaan ini bukan hadiah. Dan agar dalam
diri anak-anak tumbuh kecintaan pada bangsa. Rasa cinta yang kuat pada
bangsa ini lebih dahsyat dari nuklir sekalipun.
Anda tentu tahu,
sebut saja Musa 5 th Adik kecil kita yang tampil hebat mengikuti lomba
Tahfidz tingkat dunia , Hafiz cilik Indonesia itu diminta tinggal di
Saudi. Sebagian warga Arab Saudi tampaknya terkesan dengan kemampuan
Musa saat mengikuti lomba menghafal Alquran di Jeddah.
Sehingga, sebagian warga Negeri Petro Dolar itu meminta bocah yang belum genap berusia enam tahun itu tetap tinggal di sana.
Begitu bangganya kita, sehingga banyak yang mengusulkan agar Keluarga
Musa Al Hafidz menerima tawaran dari Pemerintah Saudi dan tidak menyia
-nyiakan kesempatan itu.
Jika para pendiri bangsa ini, para
professor dan ilmuwan indonesia, putra -putri bangsa yang brillian dan
berprestasi Dunia berfikir untuk hijrah ke negara lain dan membangun
negara tersebut dengan dalih bahwa Indonesia tidak memberi penghargaan
apapun tentu Pak Habiby lebih senang pindah menjadi Warga negara Jerman.
Apa yang didapatkan Habiby di indonesia hanya dipuja dan dihibur
hatinya dengan film Dokumenter sedangkan di Jerman Habiby tentu sudah
kaya raya karena bisa membuat pesawat disana.
Saya lebih senang
hidup di kampung, disebuah Desa terpencil untuk mengabdikan seluruh
hidup membumikan Seni Rupa islami dan kaligrafi Al Quran. Bukan karena
tidak pernah mendapatkan kesempatan seperti Musa dan lainnya. Tahun 2002
dan 2006 ketika saya menyabet prestasi juara 1 pada 4 kategori
sekaligus di tingkat ASEAN di Brunay Darussalam. Sayapun mendapatkan
tawaran untuk menjadi penulis di Kementrian Agama " Hal ehwal Ugama" di
Brunai Darussalam dengan gaji yang cukup untuk membeli motor baru setiap
bulannya bahkan lebih dari itu.
Rasa cinta terhadap negeri ini
jauh lebih besar. Setahun kemudian saya memilih hidup saya mendirikan
gubug PSKQ Modern pada tgl 17 Januari 2007, di sudut kampung dan 'ndeso"
tanpa berharap apapun bahkan gaji pun saya tidak dapatkan di PSKQ
karena saya gratiskan.
Cinta terhadap tanah air tidak perlu digembar
-gemborkan. Cukup berbuatlah untuk negeri ini. Melakukan yang terbaik
yang kita mampu sekecil apapun itu.
Respon Cepat