Assiry gombal mukiyo, 09 November 2015
Orang cenderung fokus pada akibat dan melupakan, bahkan mengacuhkan sebab dari sebuah peristiwa.
Contoh kita menghujat Mike Tyson mati -matian karena secara kasat mata
Tyson telah menggigit telinga Holyfiel hingga putus dan cuilan dari
kuping Holifel itu dimuntahkannya di atas ring tinju.
Sekitar 16
tahun silam, Tyson mengigit telinga Holyfield dalam pertarungan sengit
di MGM Grand Arena, Las Vegas. Insiden itu dikenal publik Amerika
Serikat dengan sebutan "Bite Fight".
Dalam hati mungkin anda membayangkan dan barangkali bertanya-tanya "apakah Tyson ini kanibal atau karena dia mulai lapar?"
Tyson sedang kesal dan marah besar . Itu jawabannya. Kenapa wasit diam
saja atas kecurangan yang dilakukan holifield dengan selalu
menyerudukkan kepalanya atau merangkul saat Tyson hendak memukulnya.
Anda pasti masih ingat atas apa yang dilakukan Zidane saat kepalanya menanduk perut marco materazzi.
Kita hanya melihat kenapa hal konyol itu dilakukan zidane kepada pemain
belakang italia itu. Akhirnya diketahui penyebabnya adalah Karena
Zidane marah besar ketika ibunya zidane diumpat dan disebut pelacur oleh
Marco.
Beberapa waktu yang lalu Rossy dituduh mendengkul
Marc Marques.Tentu kita hanya melihat bagaimana efek dari dengkulan itu
hingga berakibat Rossi dihukum dengan sanksi start paling belakang.
Meskipun akhirnya Rossi mampu menduduki posisi ke-4 dalam 15 lap,
sungguh suatu usaha yg sangat patut di apresiasi.
Terlihat dari
apresiasi para penonton di paddock pada waktu Valentino Rossi masuk
paddock setelah balapan usai, jauh lebih banyak orang yg mengerumuni
paddock "The Doctor" dari pada di bawah podium. Artinya jelas orang
lebih appreciate usaha Valentino Rossi dari pada pencapaian Jorge
Lorenzo.
Juara dalam bidang apapun anda, bukan hanya di ukur dari trofi nya saja.
tapi yang terpenting adalah attitudenya. Masih ingatkah kita ketika di
podium balapan Sepang, Malaysia, Jorge Lorenzo memberikan sinyal jempol
kebawah? Menurut saya bisa saja Valentino Rossi membalasnya , mengingat
usaha "tidak sportif" dari Jorge Lorenzo, tapi "The Doctor" memilih
tidak melakukan nya. Itulah sesungguhnya yang attitude yang harus kita
miliki sebagai sang "JUARA".
Mari menengok bagaimana fenomena
kehancuran sebab-akibat itu terjadi. Ternyata memang banyak sekali
faktor penyebab yang kita hancurkan. Misalnya begini: untuk membuat
masyarakat hidup makmur pasti membutuhkan penyebab kemakmuran. Tapi
faktor penyebab itulah yang terus kita kurangi. Terbukti kita masih rajin dan bangga dengan perilaku korupsi.
Menginginkan kemakmuran bersama sambil korupsi jelas tidak mungkin.
Karena azas korupsi itu hanya ingin makmur sendiri. Karenanya logis jika
di hari ini banyak sekali ditemui kemiskinan umum, tapi juga
mudah ditemui kemakmuran pribadi dan kelompok. Banyak orang makmur, tapi bukan masyarakat yang makmur.
Kita sibuk menghujat pemerintah dengan penanganan kabut asap, padahal
ini adalah bagian dari akibat. Tapi kita terlena dan lupa siapakah
penyebab dari kabut asap itu.
Kita "seneng banget" membulli
Presiden kita dengan sebutan krempeng, oon, plonga-plongo dan kata
sarkasme lainnya. Tapi kita lupa bahwa ternyata kita sendiri yang
memilihnya sebagai pemimpin kebanggan kita bersama.
Respon Cepat