Assiry gombal mukiyo, 20 Desember 2015
Berdasarkan penelitian, hanya 30% dari semua pernikahan berakhir
dimahkota bahagia. Di negara maju malah 50% berakhir dengan perceraian
yang menyedihkan. Sedangkan di negara berkembang badai perceraian lebih
sedikit karena dianggap tabu, tapi sebagai akibatnya banyak yang
bertahan hanya demi pandangan masyarakat, biar terlihat mesra meskipun
berkecamuk. Itu berarti 70% dari seluruh pernikahan itu berakhir
sengsara bagi kedua belah pihak, Itupun harus ditambah dengan statistik
bahwa setidaknya 80% pernikahan diwarnai dengan perselingkuhan, minimal
sekali selama masa pernikahan.
Dari hanya 30% pernikahan yang
bahagia itu , 2 syarat utama untuk pernikahan yang bahagia adalah
Kindness (Kebaikan) dan Generosity (Kemurahan Hati) . Jadi
sebelum anda menikah, bersiaplah dengan segala kemungkinan, termasuk
kemungkinan pasangan selingkuh yang 80% dan seberapa jauh anda siap
untuk terus mempertahankan dan melanjutkan rumah tangga.
Yang
saya maksud dengan Kebaikan dan Kemurahan hati adalah seberapa jauh
pasangan itu mempunyai kemauan untuk membahagiakan pasangannya dan
seberapa jauh bermurah hati untuk membagi kebahagiaan. Satu hal yang
pasti, sebelum menikah seorang individu harus bahagia dulu dengan
dirinya sendiri, menikah adalah sarana untuk membagi kebahagiaan, bukan
mencari kebahagiaan. Banyak orang yang berniat menikah karena ingin
bahagia. Ini mindset yang keliru. Maka banyak pasangan yang tersungkur
dan justru tidak menemukan kebahagiaan apapun dalam pernikahannya.
Banyak manusia yang terlalu mengharapkan sesuatu yang justru berakhir
fatal dari pernikahan, seolah-olah masalah pribadinya akan selesai
ketika menikah karena dibantu oleh pasangannya. Padahal sebelum seorang
individu selesai dengan dirinya sendiri, mampu membahagiakan dirinya
sendiri, bisa menciptakan pembahagiaan atas dirinya sendiri maka dengan
pasangan sebaik apapun pasti akan ada permasalahan besar nantinya.
Kita hanya fokus pada adagium " badai pasti berlalu" jangan lupa bahwa
cerah juga pun bisa berlalu. Artinya memang hidup tidak selalu menderita
tapi kebahagiaan pun juga bersifat fluktuatif, naik dan turun seiring
berjalannya waktu. Maka jika kita sudah bisa menciptakan pembahagiaan
atas diri kita sendiri, mau pasangan kita bisa membahagiaan kita atau
tidak kita tetap enjoy, kita tetap bahagia karena kita bisa menciptkan
terus kebahagiaan itu.
Bagaimanapun gloomy data ini, ini adalah
data kehidupan manusia. Dengan data seperti ini, manusia bisa menyiapkan
masa depan dengan lebih rasional. Terutama jika anda melihat kebaikan
dan kemurahan hati pada pasangan anda dan anda sendiri juga baik dan
murah hati, maka pernikahan akan banyak berakhir bahagia, dan jika tidak
pun tidak ada salahnya mencoba walaupun anda harus siap dengan
resikonya.
Kebaikan dan Kemurahan Hati pun juga harus datang
dari 2 belah pihak, karena setiap individu punya batas tersendiri jika
kebaikan dan kemurahan hatinya tidak mendapatkan penghargaan yang sama.
Respon Cepat