Assiry gombal mukiyo, 01 Juli 2016
Imsak
sesungguhnya bukan penanda waktu bagi kita ketika menjelang subuh tiba
dan dimulainya waktu kita berpuasa. Imsak memiliki arti menahan diri.
Seumur hidup kita hakikatnya adalah Imsak.
Jika Imsak adalah sebuah motor maka "ngerem" itulah yang saya sebut sebagai Imsak.
Kalau tiba-tiba Anda didatangi malaikat Jibril atas perintah Allah
kemudian Ia membawa kabar gembira untuk menyuruh anda menikah sebanyak
-banyaknya. Anda bisa memilih gadis manapun saja bisa negro, cina, latin
atau papua yang semok, bahenol maupun yang gembrot. Jujur anda pasti
senangnya bukan main.
Tapi hidup bukan soal urusan melampiaskan
kesenangan. Bukan hanya soal urusan "ngegas". Yakinlah keselamatan atas
diri kita ketika dalam hidup ini kita lebih sering ngerem daripada
"ngegas pol".
Puasa adalah sarana latihan. Kita disekolahkan Tuhan
diruang kelas yang bernama Puasa Ramadhan. Agar supaya bisa terus
menerus belajar mengimsaki perilaku dan tata cara kita dalam menjalani
kehidupan.
Saya kadang merenung dan tertawa sendiri. Dibandingkan
dengan Tuna Wisma dan para gelandangan saja saya kalah telak. Mereka
terus- menerus berpuasa tidak pernah tahu kapan harus makan dan minum
secara pasti. Hidup mereka berlinang derita dan serba kekurangan.
Sedangkan saya hanya untuk memuasi acara berbuka saja, perlu puluhan
menu yang harus saya santap. Biar terlihat bahwa saya betul -betul
lapar dan kehausan setelah sehari berpuasa.
Makan kita hanya
sepiring mau pakai lauk atau cuma sambal bedanya cuma ditenggorokan
setelah itu semua terbuang. Tidur kita cukup ada alas mau kasur atau
lantai sekalipun alasnya, asal sudah mengantuk tentu tak ada beda
rasanya, memakai baju/pakaian pun juga tidak jauh berbeda mau yang bekas
atau yang baru.
Semoga kita bisa menjadi hamba yang bisa mengimsaki diri kita dan keluarga kita dari kebebasan dan hidup tanpa batasan.
Respon Cepat