Assiry gombal mukiyo, 27 September 2016
Alhamdulillah
malam ini, setelah Maghrib, Selasa 27 September 2016 saya dapat bertemu
langsung dengan Ketua PHRI( Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia) siapa lagi kalau bukan Bp.H.Aris Junaidi yang juga Owner
Rumah Makan Bambu Wulung Jl. Kudus-Pati, Sumber Hadipolo Kec. Jekulo
Kudus.
Saya banyak belajar berbisnis dan apapun ketika beliau
bercerita panjang lebar tentang pengalaman pahitnya saat menjadi ajudan
Presiden Abdul Rahman Wahid ( Gus Dur). Beliau mulai bercerita ketika
menjadi Bendahara Gerakan Pemuda Ansor, bersama tiga rekannya. Peristiwa
itu terjadi 31 Agustus 2001 malam, di Jalan Warung Buncit, Jakarta
Selatan, atau tepat di depan Gedung Philips. Saat itu, Bp.H. Aris
bersama ketiga rekannya dalam perjalanan menuju Kantor Gerakan Pemuda
Ansor, di Jalan Kramat, Jakarta Pusat, menggunakan mobil Daihatsu Feroza
warna putih.
Dalam perjalanan tersebut, sekitar pukul
23.15
WIB, mereka diberondong tembakan yang berasal dari sebuah mobil KIA
Sporty warna hitam. Dalam peristiwa itu, Bp.H Aris terluka di bahu kiri
akibat keserempet timah panas. Namun, rekan Bp.H.Aris, yakni Bp.Fadelan
(yang mengendarai mobil) mengalami luka serius akibat pelor yang
bersarang di rusuknya. Mereka segera dilarikan ke Rumah Sakit MMC
Kuningan, Jaksel, setelah Aris menghubungi polisi, keluarga dan
rekan-rekannya.
Saya mendengarkan seluruh ceritanya sambil asyik
menikmati beberapa menu makan dan cemilan yang disuguhkan gratis kepada
saya hingga tanpa terasa saya menghabiskan semua menu tersebut. Beliau
lanjut cerita ketika awal kenal dengan Gus Dur adalah saat kuliyah di
Jombang sekitar th 1985. Tidak heran hingga bisa dekat dan aktif menjadi
pengurus Ansor sekaligus mendampingi dan mengajudani Gus Dur saat
menjadi Presiden RI.
Beberapa kali Pak H. Aris begitu saya
memanggilnya, juga sering sekali mengadakan event budaya. Seperti
terlibat langsung pada acara Seribu kupat di Colo Muria Kudus, Parade
seni budaya dan Festival Bambu Wulung Kudus dll.
Pak H.Aris
memaparkan, ia pernah membaca sebuah catatan dari J.Osdar yang menyebut
Gus Dur pernah melakukan lawatan ke Afrika Selatan untuk menimba ilmu
dan pengalaman melakukan rekonsiliasi nasional pada April 2000. Hanya
saja, waktu itu Gus Dur ‘tidak sempat’ bertemu Mandela, namun dia sempat
berbicara mengenai rekonsiliasi nasional dengan Presiden Thabo Mbeki,
ceritanya.
Karena itulah, beliau terinspirasi untuk mengadakan
tahlil budaya di panggung seni di belakang Rumah Makan Bambu Wulung Desa
Ngembalrejo Kudus, Jawa Tengah. Kegiatan tersebut merupakan ajang
“mempertemukan” dua tokoh dunia dalam “satu panggung”, yaitu KH
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Nelson Mandela.
Acara Festifal Bambu
Wulung itu digelar juga untuk mengenalkan sosok Gus Dur di kalangan
anak muda. Dan memeriahkannya dengan acara lomba rebana, melukis wajah
Gus Dur, hingga teater. Puncak acara gelar seni budaya tersebut
juga diisi orasi budaya oleh putri bungsu Gus Dur Inayah Wulandari Wahid
dan budayawan yang juga pengasuh Ponpes Salaf Asrama Perguruan Islam
Tegalrejo Magelang KH. Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf).
Bp.H.Aris Junaidi juga adalah Ketua Lesbumi Kudus (Lembaga Seniman
Budayawan Muslim Indonesia). Ia yang pernah menjadi asisten pribadi Gus
Dur mengenang sosok Gus Dur adalah sosok panutan yang patut diteladani.
Gus Dur memposisikan islam sebagai rahmat bagi seuruh manusia (Rahmatan
lil’alamin). Meski beda agama atau pandangan, Gus Dur tak pernah ngecap
ini itu, apalagi mengkafirkan seseorang. Semua manusia bahkan yang tidak
beragama pun wajib dilindungi. Begitu pandangan Gus Dur, ujarnya.
Tetapi dari banyaknya obrolan yang paling menarik perhatian saya adalah
ketika beliau bercerita tentang awal mula mendirikan Rumah Makan Bambu
wulung pada th.2009. Cerita beliau, Waktu itu Gus Dur memberikan
perintah kepada Pak H.Aris untuk membuat Warung Nasi. "Itu Gudang dan
garasi mobilmu dibersihkan daripada kotor ndak terurus, terus mobil
truknya dijual saja hasilnya buat warung nasi" perintah Gus Dur kepada
Pak H Aris.
"Lha aku kan ndak punya pengalaman usaha warung makan?"
Jawab Pak H Aris. "Aku aja malah ndak punya pengalaman jadi Presiden
tetep aja jadi Presiden". Timpal Gus Dur. Kompak mereka berdua tertawa,
hahhhaa......
Akhirnya sejak 2009 hingga kini
berdirilah Rumah
Makan Bambu Wulung. Bahkan temannya Pak H. Aris Junaidi namanya Pak
H.Mufrodi yang juga dekat dengan Gus Dur ikut kecipratan berkahnya.
Karena juga didorong oleh Gus Dur untuk membuka bisnis Warung Kopi
sekaligus diberikan rekomendasi untuk mendapatkan ijin gratis untuk
membuka warung kopi yang terkenal dengan nama" Taman Kopi".Taman Topi
terletak di Mayong Jepara yang hingga kini juga sukses dan maju pesat.
Begitulah cerita Pak H.Aris Junaidi.
Banyak ilmu yang saya dapatkan bukan hanya sekadar bisnis, perjuangan
hidup, kebaikan, kemanusiaan dan agama juga soal jabatan yang beliau
juga banyak dapatkan langsung dari sosok Gus Dur ketika akrab bersamanya
selama 20 th lebih. Semoga saya juga bisa mengambil intisari dari ilmunya yang bisa saya amalkan, Amiiin.
Respon Cepat