Assiry gombal mukiyo, 20 Januari 2017
Jika Salvador Dali dikenal sebagai pelukis surealis dari spanyol yang
nyentrik dengan kumisnya yang unik dan rada aneh dengan karya- karyanya
yang dinilai jenius dan melampaui masanya.
Maka saya tidak
ingin mencoba nekat menirunya. Karena saya bukan Dali tapi saya cuma
Assiry. Saya tetap menjadi diri saya sendiri dan tidak ingin meniru
siapa-siapa. Saya mengakui bahwa saya mencintai dan lebih suka melakukan
hal yang tidak biasa dilakukan orang kebanyakan. Dalam gaya melukis
kaligrafi saya lebih suka menyebut teknik melukis saya adalah "teknik
sadisme". Teknik yang sadis, radikal dan eksentrik. Atau sebut saja
aliran lukisan kaligrafi saya beraliran "Lukis Kaligrafi garis keras".
Bagaimana tidak saya suka melukis dengan cara saya sendiri. Dengan
tangan kosong, kadang juga sesekali menggunakan kaki saya. Tanpa harus
menggunakan kuas untuk blok dan mengoplos warna, Semua saya lakukan
dengan cara yang menurut kebanyakan orang itu gila alias sinthing. Untuk
mencampurkan warna cukup kanvas saya putar-putar dan saya lempar
berulang -ulang keatas. Atau saya lempar kanvas saya dengan sandal, saya
cipratin dengan air atau apa saja yang mendukung imajinasi saya agar
karya yang saya hasilkan betul -betul natural. Tidak ada pisau palet
pisau dapurpun jadi. Pokokny tidak ada satupun alat atau media yang
tidak bisa saya gunakan untuk melukis kecuali tai atau benda najis
lainnya.
Eksentrik dalam dunia kesenian itu biasa, imajinasi yang
meluap luap bisa saja menjadi pemicunya. karya karya saya yang seperti
aneh dan tidak umum inilah karakter saya.
Teman karib saya Ustaz Ali
Irfan Ali Nasrudin bahkan menyebut gaya melukis saya adalah " kaligrafi ngaceng" karena terlalu ekspresif dalam berimajinasi, liar dan ganas.
Entah apapun yang difikirkan, atau apapun yang dibayangkan mereka
bahkan ketika para Mahasiswa UIN Walisongo, Mahasiswa UIN Jogya dan
Santri PSKQ Modern yang berjumlah 80an orang menyaksikan saya melukis di
Taman Colo Muria Kudus pada Hari Kamis, tgl 19 Januari 2017, bersama
Guru saya Ustaz H.
Syaiful Adnan dan Ustaz H.
Isep Misbah.
Menurut saya melukis itu bagian dari seni pertunjukan yang menghibur.
Jadi penonton bisa terhanyut kedalam suasana berkesenian yang penuh
humor dan tidak mencekam.
Beberapa kali saya ditawari untuk
diliput stasiun TV swasta Nasional ketika disuruh memperagakan teknik
melukis yang seperti ini tapi saya menolaknya. Teknik melukis gaya
Sadisme ini memang spesial saya persembahkan untuk para peserta
Demonstrasi Kaligrafi Akbar pada Sayembara Kaligrafi Mushaf Nasional
HARLAH PSKQ Modern ke-10 di Taman Colo Muria yang semoga kedepan terus
diadakan event serupa biar wisatawan domestik di Taman Colo juga bisa
merasakan sensasi yang asyik.
Saya memng suka yang aneh -aneh.
Setahun silam saya pernah diliput TV One untuk membuat karya lukisan
yang terbuat dari limbah sampah. Mereka sempat shok dan terkaget-kaget,
karena ternyata bahan -bahan yang saya pakai untuk melukis terdiri dari
tali kutang bekas, plastik bekas, celana kolor bekas, ranting pohon,
sampah kertas kering dan lainnya yang serba rombengan dan bekas.
Yang menjadi target utama saya bukan pada proses atau bahannya. Tetapi
hasilnya. Meskipun untuk cat dan finishing touch saya memakai bahan cat
berkualitas tinggi dan Import.
Lukisan -lukisan kaligrafi saya dari
bahan sampah lainnya, pernah dibeli Menteri Sosial Ibu Khofifah P.
Bahkan saat Bupati Kudus Bp.Dr.H Mustofa SE, MM membuka Pameran
Kaligrafi Nasional pada tgl 17 Januari 2017 di Hotel Graha muria Colo
Kudus, Jawa Tengah saya menghadiahi beliau lukisan kaligrafi kanvas
karya saya dari bahan sampah yang aslinya saya banderol dengan harga 50
juta.
Seorang seniman sejati bukanlah orang yang terinspirasi,
melainkan seseorang yang mengilhami orang lain itu yang menjadi prinsip
saya. Jadilah diri sendiri dan jangan berusaha menjadi orang lain.
Apalagi sampah itu mudah sekali kita jumpai disekeliling kita. Maaf
kalau boleh jujur masyarakat kita adalah masyarakat yang "jorok". Suka
buang sampah sembarangan. Untuk bisa membuang sampah di tempat sampah
saja perlu diingatkan dengan tulisan besar " Buanglah sampah pada
tempatnya". Kita kurang memilki kesadaran bahwa kebersihan adalah bagian
dari iman. Kita melakukan hal baik seperti itu harus diperintahkan,
tidak karena muncul dari kesadaran diri kita. Saya melukis dengan sampah
substansinya sebenarnya adalh untuk mengajak dan bukan mengejek, untuk
saling mengingatkan agar kita bisa memanfaatkan sesuatu yang menurut
kebanyakan orang itu tidak bermanfaat. Nyatanya ditangan saya semua bisa
saya sulap menjadi karya yang memiliki nilai jual.
Perbedaan
antara saya dan anda adalah saya ini gila, sinthing dan asu. Saya akan
terus menimati kebinatangan saya. Sehingga saya bisa terus belajar
menjadi manusia yang mudah -mudahan bisa berbagi manfaat sekecil apapun.
==================================================================================
Illustrasi:
Beberapa pose melukis saya yang diabadikan oleh Mas
M Ulin Nuha
Pimred Radar Kudus jawa Pos. Mulai dengan memakai palet pisau dapur,
melempar-lempar kanvas, melempar cat, melempari kanvas dengan sandal
untuk efek muncrat dan mengusap untuk membuat gradasi dengan sarung yang
saya pakai, dengan rambut kepala dan foto hasil karya jadi, dalam waktu
satu jam setengah.
Lukisan yang saya beri judul " Hanya Allah"
saya persembahkan untuk pecinta kaligrafi di Indonesia pada perayaan
Harlah PSKQ Milad ke-10.
Respon Cepat