Assiry gombal mukiyo, 31 Mei 2014
Ada orang kuat, orang pintar, orang berkuasa, orang kaya dan orang baik (mulia). Kita harus bisa menentukan urutan-urutan
strata ini sesuai dengan derajat yang tertinggi, apabila kita berhasil
mengurutkannya maka kita akan sangat jelas melihat apa yang terjadi di
Indonesia saat ini.
Di
Indonesia saat ini Orang Kaya adalah posisi yang paling atas dan yang
paling diidam-idamkan oleh semua orang. Orang pintar menggunakan
kepintarannya agar dia menjadi kaya. Orang Kuasa menggunakan
kekuasaannya untuk memperkaya dirinya. Orang kuat menggunakan
kekuatannya untuk memperkaya diri. Bahkan orang baik (mulia) pun
menggunakan apa yang dimilikinya untuk menjadi orang kaya.
Maka
kita melihat fenomena ustadz-ustadz yang muncul di televisi saat ini,
tokoh 2 agama yang tersandung korupsi, tokoh 2 Partai yang mencitrakan
Islam sebagai simbol 2 nya, yang mestinya menjadi parameter dan uswah
bagi kita ternyata adalah produk dari kegagalan manusia Indonesia dalam
menempatkan dirinya. Mereka justru mnjadi sampah yang justru memperbusuk Islam karena perilaku mereka itu.
Dalam sejarah berkembangnya Islam di Indonesia. Pada abad ke 7 Islam
sudah masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang (gujarat ). Namun
tidak dipercaya oleh masyarakat di Nusantara karena mereka tidak
percaya kepada orang kaya, namun ketika Walisongo yang memperkenalka
Islam kepada masyarakat Nusantara, Islam dapat diterima dan menyebar
luas karena masyarakat sangat percaya kepada orang mulia. Walisongo
betul 2 mengejawantahkan Islam yang rahmatan lilalamin, tidak membeda 2
kan karena stata sosial dan mnggunakan metode dakwah dengan hikmah
(teladan yang bijak) dan mauidhoh hasanah (tutur kata dan seruan yang
baik).
Namun yang terjadi sekarang justru terbalik, kita lebih
menginginkan menjadi orang kaya, bukan menjadi orang baik. Karena orang
kaya menjadi tujuan utama, Ingin belajar ilmu di pesantren biar nanti
bisa kaya, ingin belajar kaligrafi biar bisa juara lomba MTQ yang sudah
tentu tujuan utamanya adalah kaya meskipun dengan cara 2 manipulasi dan
dipaksakan. Ingin jadi Dokter, Insinyur biar kaya, pokoknya apapun
profesinya kaya adalah tujuan utamanya.
Maka yang terjadi adalah orang kuat, orang pinter, orang kuasa semua berlomba-lomba menjadi orang kaya.
Bahkan orang-orang baik: kyai, nyai, Ustaz, Pastor, Romo, aktivis
organisasi keagamaan yang seharusnya berada di posisi tertinggi pun
ingin menjadi orang kaya. Maka kita dapat melihat sekarang para calon
bupati, calon legislatif mendekati kyai-kyai , tokoh agama agar mendapat
tambahan suara biar ia dapat terpilih dalam pemilihan umum.
Celakanya, Para kiyai terjebak kedalam posisi yang diuntungkan dengan
jalan yang menyimpang karena aliran dana untuk pesantren dan dana
tunjangan yang tentunya bisa membuat para Kiyai lebih prestisius dan
kaya terus mengalir dari para caleg yang terpilih. Tidak perduli itu
dana dari mana yang pnting bisa nambah kaya.
Dulu seorang
ulama di Kudus sebut saja Al Allamah Mbah Kiyai Haji Arwani Amin,
justru menolak pesantrennya di sumbang oleh instansi pemerintah. Beliau
berasumsi uang 2 yang didapat dari sumbangn 2 pemerintah adalh syubuhat
dan bhkn bisa juga haram karena didapat dari pajak yang sudah pasti
juga bercampur dengan pajak miras dan pelacuran misalnya.
Terbukti
dari mujahadah dan wara'nya beliau, lahirlah jutaan ulama dan kiyai
alumni yan bu'ul Quran yang tahfidz dan ahli Al Quran. Ini adalah buah
dari kezuhudan dan kehati 2an seorang Ulama yang tidak tergiur dengan
kekayaan.
Respon Cepat