Muhammad Assiry, 5 Juni 2017
Sebuah pilar klasik adalah salah satu bagian elemen dalam
arsitektur klasik kuno, masing-masing dibedakan oleh proporsi profil
karakteristik dan detail motifnya. Disadari atau tidak, kalau ternyata setiap
komponen bangunan rumah ternyata memiliki fungsi ganda? Yakni sebagai bagian
dari dekorasi interior dan eksterior rumah. Misalnya saja pagar halaman,
daripada menggunakan desain biasa akan lebih cantik bila dihias dengan pahatan,
uliran, atau lukisan. Begitu juga dengan pilar rumah, selain sebagai pondasi
lantai dua atau tiga rumah kita, pilar juga berfungsi sebagai dekorasi interior
atau eksterior rumah. Ada banyak gaya pilar yang bisa dipilih untuk melengkapi
tampilan rumah, salah satunya adalah pilar bergaya klasik dengan sentuhan
Yunani yang bisa memberikan kesan mewah dan elegan.
Pilar arsitektur Yunani Kuno ini terbagi menjadi tiga:
1. Pilar
Doric
Pilar
Doric berasal dari pusat kota daratan dan barat laut Yunani. Pilar ini memiliki
desain yang sederhana tanpa ornamen atau pahatan tambahan di badan tiang.
ditandai dengan ukurannya yang tidak
terlalu tinggi, berkesan berat dengan permukaan polos, bentuk mahkotanya curva
polos memutar (puncak). Karena itulah, pada jaman dulu pilar ini lebih
sering dimanfaatkan sebagai pondasi atau pilar bagian bawah dari bangunan
berlantai dua atau lebih. Pilar ini digunakan oleh masyarakat Yunani hingga
sekitar 100 tahun sebelum masehi. Kemudian diadaptasi oleh arsitektur barat
pada abat ke-6
.
Dengan ketinggian yang hanya empat sampai delapan kali diameter, kolom yang
paling jongkok dari semua perintah, shaft mempunyai pilar Doric ditandai dengan
20 flutes (alur cekung) tersusun vertikal. mahkotanya terdiri dari necking yang
mempunyai bentuk sederhana dan bentuknya adalah Echinus berarti cembung dan abacus
atau persegi.
Di
atas mahkotanya adalah abacus persegi yang menghubungkan antara mahkota dengan
entablature tersebut. Entablature ini dibagi menjadi tiga bagian horisontal, bagian
bawah yang berbentuk curva brtingkat membagi dengan beralur horizontal. Bagian
atas adalah khas untuk langgam Doric. adalah dekorasi (Frieze) dari dengan
entablature Doric dibagi menjadi triglyphs dan metopes. Triglyph adalah unit
yang terdiri dari tiga garis vertikal yang dipisahkan oleh alur dan Metopes adalah
relief polos atau ukiran.
2.
Pilar Ionic
Pilar yang muncul pada sekitar abad ke-6 sebelum masehi ini diperkenalkan
oleh bangsa Ionian, salah satu suku kuno di daerah sekitar Yunani, yang
sekarang kita kenal sebagai negara Turki. Tidak heran kita akan dapat menemukan
salah satu contoh penggunaan pilar ini pada Kuil Hera di Amos Turki.
Pilar Ionic memiliki kesan yang lebih feminim dan dibandingkan
dengan pilar Doric.
Hal ini dibedakan dengan bentuknya yang ramping, pilar bergalur dengan bentuk
dasar yang besar dan dua volute bersebrangan (juga disebut gulungan) di Echinus
yang terletak pada bagian mahkota. Echinus sendiri dihiasi dengan motif telur-yang
juga-panah. batang tubuh Ionic dilengkapi dengan empat atau lebih flutes (alur
cekung) tersusun vertikal melebihi jumlah flutes pada Doric (total 24). Basis Ionic
memiliki dua cetakan cembung disebut tori yang dipisahkan oleh scotia.
Kesan feminim ini dihubungkan dengan hiasan berbentuk seperti telur (desain egg-and-dart)
Desain egg-and-dart tersebut merupakan ornamen pendamping dari
kepala pilar yang memiliki bentuk seperti gulungan kertas (volute),
yang menjadi ciri utama dari pilar Ionic.
3.
Pilar Corinthian
Pilar ini memiliki desain dan bentuk yang lebih rumit
dibandingkan dengan dua pilar pendahulunya. Salah satu ciri khas dari pilar
Corinthian adalah hiasan berbentuk volute, daun, dan bunga yang indah dan rumit
pada bagian kepala pilar. Pilar Corinthian adalah yang paling dipenuhi
hiasan dari beberapa pilar lainnya dalam langgam klasik Yunani, ditandai dengan
kolom bergalur bentuk silinder yang memiliki hiasan pada mahkotanya yang dihiasi
dengan dua baris daun acanthus dan empat gulungan. Hal ini umumnya dianggap sebagai
yang paling elegan dari tiga perintah. batang tubuh dari pilar Corinthian memiliki
24 flutes (alur cekung) tersusun vertikal. tinggi Kolom umumnya berjumlah
sepuluh dari diameter pilarnya.
Callimachus, seorang pemahat dan arsitek dari Yunani
dianggap sebagai orang yang pertama kali mengenalkan gaya Corinthian. Pilar ini
sendiri pertama kali digunakan sebagai pilar pada interior pada Kuil Apollo
Epicarius di Bassai
Respon Cepat