Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

Mendidik Generasi Yang Murni

Assiry gombal mukiyo, 18 Oktober 2014


Kita ini orang-orang tua, mengalami banyak sekali kekecewaan sebagai manusia, sebagai warga negara, sebagai penduduk, sebagai bagian dari republik yang sedang pilu ini dengan bnyaknya kekerasan-kekerasan atas nama agama, kekerasan yang bahkan mengorbankn anak-anak dan itu terjadi justru ketika pelajaran agama disebuah ruang Musholla, dan banyak lagi kasus-kasus kemanusiaan yang tidak ada ujung penyelesaiannya. Kekecewaan-kekecewaan ini berlangsung terlalu panjang dan akhirnya terakumulasi, menggumpal, jadi kapalan dia.

Akhirnya ada tumpukan-tumpukan kekumuhan didalam jiwa kita, sehingga kemudian kita ingin meng-kentut-kannya. Kita ingin membuang angin busuk itu dari dalam diri kita dengan misalnya Sinisme, dengan bikin lawak-lawakan, kirim sms yang lucu-lucu kemana-mana. kita bikin anekdot-anekdot mengenai pejabat. Kita ejek mengenai ini-itu. Kita melakukan pokoknya formula-formula sinisme, kita bikin gambar -gambar karikatur nakal pejabat 2 yang korup dan gila fustun yang semlohay misalnya, lagu-lagu kebangsaan kita plesetkan. Pancasila kita bilang “Pancasila : 1. Keuangan yang maha esa, 2. Kemanusiaan yang tidak adil dan biadab. 3. Perseteruan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh keserakahan dan seterusnya, begitu kita plesetin.

Cuman sering kita tidak hati-hati, bahwa itukan pengalaman kita. Anak-anak kita, dia tidak punya kewajiban untuk ikut menyanggah kekumuhan hati kita. Jadi anak-anak harus kita lindungi. Anak-anak jangan kita ajari lagu Garuda Pancasila yang kita pleset-plestkan dengan sinisme kita. Anak-anak harus kita tumbuhkan bersama-sama dengan kemurnian Indonesiia Raya, kemurnian Garuda Pancasila, kemurnian Padamu Negeri. Anak-anak jangan kita ajari, jangan kita tanami dengan hasil dari kekecewaan dan keputus-asaan hidup kita, sebagai orang tua.

Jadi dalam budaya, dalam sosialisasi nilai-nilai nasionalisme segala macam. Kita harus sangat berhati-hati. Termasuk teman-teman aktivis yang seringkali anak-anak disuruh menjadi alat untuk melampiaskan kekesalan mereka kepada pemerintah. Akhirnya pemeritah yang salah, negara yang disalahkan, negara kan bukan pemerintah? Jadi teman-teman sekalian mudah-mudahan kita mengetahui batas-batas itu dan tetap ditengah keputus-asaan seperti apapun kita tetap menjaga pertumbuhan anak-anak kita, generasi yang terbaru sehingga mereka akan menjadi anak-anak yang murni, yang siap untuk menjalankan dari apa yang tidak mampu kita jalankan di dalam konteks nasionalisme Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Close Menu