Assiry gombal mukiyo, 2014
Dalam mnjalani setiap apapun, saya
menempatkan diri saya sebagai pelayan. Melayani siapapun dan apapun yang ada
disekitar saya.
Ketika saya mengajar Kaligrafi dan Seni Rupa misalnya Saya tetap
memposisikan
diri saya bukan sebagai Guru atau Ustaz, melainkan sebagai Pelayan.
Menyiapkan setiap keprluan tidur, tmpat makan, tempat belajar ,tempat
mandi,
tempat masak, dan bahkan juga tempat beol dan pipisnya. Saya berusaha membuka telinga lebar
2 bagi santri atau yang saya sebut sebagai tuan saya agar bisa mndengar setiap
keluhan dan jeritan kepedihannya.
Sayapun juga kudu merendahkan jiwa serendah 2nya, agar ketika menerima kritikan
dan kerasnya tuntutan tuan saya, hati saya tetaplh seasin samudera bagi jutaan
sampah yang menggunung.
Sudah semestinya Pelayan adalah tempatnya dimaki, digunjing, di hujat, atau
barangkali dicari 2 kekurangan 2 dan kesalahan 2nya sekecil apapun, karena
tempatnya kesalahan selalu ada di Pelayan. Bagi seorang Pelayan, saya rindu
dengan semua itu.
Saya justru kecewa jika ada alumni
yang pernah mnjadi tuan saya di PSKQ maupun ditempat lainnya mnghormati saya,
atau mnganggap saya sebagai ustaz dan guru mereka, padahal sesungguhnya saya
bukanlah guru melainkan pecundang yang "Nggombal dan mukiyo". Saya
sangat takut jika ada para alumni yang sungkem dan ta'dzim dengan saya.
Ketakutan saya adalh karena saya tidak pantas untuk di hormati. Yang layak
untuk pakaian kehormatan dan kemuliaan hanya Tuhan
(Al kariimu huwa Allah).
Jadi jangan merasa bersalah jika ada
tuan saya yang bilang bhwa saya itu muluk 2, menyinggung tentang
profesionalitas yang kurang saya aplikasikan, mengancam menghapus karya yang
dibuatnya karena pembayaran yang macet, malah ngambek dan mungkin gulung 2
dijalan jika disuruh bayar spp yang sering nunggak berbulan 2 misalnya .
Jangan juga malu Meminta dikoreksi karyanya berjam 2 meskipun saya harus terkantuk
2, dan setelah juara atau telah sukses saya dicampakkan begitu saja. Tidak usah
sungkan menuntut hak atas ini dan itu dari setiap fasiIitas yang minim karena itu memang seharusnya dilakukan oleh seorang tuan.
Jangan juga ada yang merasa berdosa
jika mempersoalkan setiap apapun yang saya lakukan meskipun saya harus terseok
dan berdarah 2 karenanya.
Saya korbankan setiap kebahagiaan dan barangkali rumah tangga saya pribadi
karena harus standby melayani dan tidak memikirkan entah dapur rumah saya bisa ngebul
apa tidak, dengan tidak banyak kerja diluar agar bisa fokus melayani tuan saya.
Saya pun tidak pernah meminta imbalan apapun atas apa yang saya lakukan agar
tidak memberatkan karena saya betul 2 memahami fungsi saya sebagai Pelayan yang
selalu siap bagi kebutuhan tuannya.
Tolong jangan ragu.....pastikanlah
bahwa yang dilakukan oleh tuan saya itu semuanya adalah benar.
Seorang tuan berhak dan memiliki kapasitas penuh bagi keberlangsungan hidup
seorang Pelayan.
Ikrar dan janji saya supaya tetap setia melayani siapapun dan apapun untuk
mengantarkan ke gerbang keberhasilan.
Saya bangga dan bahagia mnjadi
Pelayan. Itulah cita 2 saya yang saya idam2kan sejak kecil.
Lampung, 27 agusts 2014.
Respon Cepat