Assiry gombal mukiyo, 2 November 2014
Meski hanya sepasang sandal jepit namun akan tetap berarti jika tetap
berpasangan, yang kiri tak berarti sebuah sandal jika tak ada yang
kanan.
Meski terkadang digantikan dengan yang lain,
Namun tetap tak nyaman,
Sepasang sandal jepit selalu berjalan beriringan.
Meski melangkah tak bebarengan namun tetap satu tujuan.
Berapa banyak orang mencari pasangan dalam kehidupannya melandaskan
seabreg kriteria ideal. Pokoknya mesti ini, mesti yang begitu. Intinya
berharap setidaknya sama dengan dirinya dan kalau bisa lebih dari
dirinya. Wajar memang mencari kesempurnaan. Setiap orang pasti
menginginkan ideal, spesial, dan sempurna. Kalau diri adalah “matahari”,
pastinya menginginkan “matahari”. Sama-sama bintangnya, sama-sama
bersinarnya, dan sama-sama kuatnya.
Bagaimanapun, mari renungkan
sejenak, apa yang akan terjadi jika ada dua matahari di bumi ini?
Tidakkah lebih baik mataharinya ada satu dan bulannya satu? Apalah
jadinya jika sandal jepit itu kanan semua atau kiri semua? Bukankah
lebih baik ada dua-duanya? Tidak benar-benar sama (tetap ada bedanya)
tetapi saling melengkapi. Justru ketika keduanya bersanding bersama
nampak serasi bagi yang memakainya. Bukankah itu yang dicari dalam
kehidupan ini? Keserasian, saling mengisi, saling menguatkan, dan saling
bisa menggantikan posisi saat dibutuhkan.
Pernahkan membayangkan
ketika sandal jepit yang dipakai itu kanan semua atau kiri semua?
Nyamankah? Tentu kesusahan untuk berjalan. Begitu kira-kira yang
terjadi. Sama halnya dalam sebuah tim, mesti ada pemimpin dan ada yang
dipimpin, ada Presiden dan Rakyat jelata, mesti ada pemikir dan ada
pelaksana. Jika isinya pemikir semua, bisa dipastikan hanya debat dan
curah gagasan tanpa hasil nyata yang didapatkan. Jika isinya pelaksana
semua, bisa dipastikan masing-masing bekerja tetapi tanpa arahan yang
sama.
Dalam konteks kebudayaan, sandal jepit terkadang lebih
mulia dari pada peci.Seseorang yang pergi ke Masjid dalam keadaan
berwudhu, tapi tika tidak mengenakan sandal tentu dia wajib melakukan
wudhu kmbali, meskipun dia sudah berpeci, karena dimungkinkan telapak
kakinya menginjak lencong ( tai ayam ) atau sesuatu yang mengandung
najis. Tidak selamanya yang dibawah itu lebih rendah status sosialnya
dibanding dengan yang diatas. Yang dibawah pun belum tentu lebih rendah
status ketaqwaannya di banding seseorang yang boleh dikatakan lebih
terhormat strata agama maupun pemahamannya meskipun jidatnya hitam dan
sorbannya panjang terjuntai. Kecil dan camping bukanlah ukuran untuk
menentukan dan mnyimpulkan bahwa yang kecil itu kecil dan yang besar
adalah besar.
Respon Cepat