Assiry gombal mukiyo, 16 Januari 2015
Mahatma Gandhi, seorang pejuang kemanusiaan. Sangat trenyuh melihat
nasib ratusan juta manusia-manusia berkasta rendah atau bahkan tidak
berkasta yang dalam bahasa kolonial Inggris disebut Untouchables atau
Yang Tak Bisa Disentuh, karena memang menurut agama Hindu India jutaan
manusia ini tak boleh disentuh sama sekali karena akan mengotori karma
seseorang.
Dalam bahasa lokal India sering disebut Dhalit, manusia
tanpa kasta yang bahkan lebih hina dari kasta Shudra. Mereka sangat
termarjinalkan, tidak punya properti, bahkan mereka dianggap properti
oleh kasta-kasta lebih tinggi. Perempuan-perempuannya diperkosa dan
disiksa, anak-anaknya tak berpendidikan bahkan yang bersekolah pun tak
boleh menyentuh teman lain yang berkasta lebih tinggi dan selalu duduk
paling belakang. Gandhi mencoba mengangkat derajat mereka dengan
menyebut mereka Harijan, anak-anak Tuhan, karena bagi Gandhi semua
manusia adalah sama di hadapan Tuhan.
Gandhi yang Hindu tulen
hampir memiliki cermin pantulan ajaran Muhammad SAW. Dalam Islam
sebenarnya tidak ada tempat untuk kasta-kasta. Semua orang sama
kedudukannya di hadapan Allah, yang membedakan hanyalah amalan hidupnya.
Tapi yang lucu, setelah Muhammad SAW.meninggal, banyak umatnya yang
mencoba membuat kasta-kasta dalam Islam. Mereka berusaha membuat kasta
spesial buat keturunan Muhammad. Ada yang menyebut mereka habib bagi
lelaki, dan habibah bagi perempuan. Ada juga yang menyebut
Syarif/Syarifah. Mereka dihormati sedemikian rupa, bahkan dalam sejarah
banyak dianggap seolah-olah tidak pernah salah dan dijamin pasti Syurga.
Dan mereka mendapatkan insentif politik ekonomi yang tidak sepantasnya
mereka dapatkan. Dalam tradisi Arab yang patrilineal pun ini termasuk
hal aneh, karena sejatinya Muhammad SAW.tidak punya garis keturunan,
karena tidak punya anak laki-laki. Anak laki -lakinya meninggal sebelum
menikah. Trah keturunan yang diambil adalah dari garis Fathimah RA. Ini
yang terlalu berlebihan.
Islam adalah rahmatallilalamin, rahmat
bagi semesta, itu janji Muhammad SAW. Untuk mewujudkannya, harus dimulai
dari hal mendasar yaitu derajat manusia yang seharusnya sama persis
buat semua manusia tanpa ada perbedaan derajat sedikitpun ketika
seseorang lahir. Mau anak tukang sol sepatu, anak pedagang asongan atau
anak Presiden semua memiliki kedudukan dan derajat sama. Dihadapan Tuhan
yang membedakan adalah dia baik dalam konteks yang lebiy luas atau
bukan ( inna akramakum 'indallahi atqaakum)
Fenomena Habib adalah
fenomena kasta memalukan dalam Islam, Islam yang seharusnya menjadi
pembaharu malah mengulangi kesalahan agama-agama lalu dimana ada manusia
lebih mulia hanya karena lahirnya saja bukan karena amalan dan perilaku
baiknya. Dan agar sesuai dengan semangat Muhammad dan semangat
egalitarianisme Islam, konsep Habib ini harus dibubarkan, dibuang
jauh-jauh dari masyarakat Islam.
Lihatlah kelompok minoritas
Habib yang katanya "front pembela Islam". Yang terjadi justru bukan
membela Islam tapi menjatuhkan Islam dititik nadir.
Ketika mereka dengan bangganya mengklaim anak cucu dari keturunan Muhammad SAW.
Biarlah saya saja yang mengaku keturunan monyet, entah keturunan yang
keberapa setelah jutaan bahkan ratusan juta tahun silam dari evolusi
monyet yang disebut -sebut sebagai teori ilmiah oleh Kang Mas Darwin.
Respon Cepat