Assiry gombal mukiyo
Jakarta, di penghujung tahun 2014
Ditengah laut luas
hamparannya terbentang bagai serigala buas
air mata mengguyur jiwa
air asia terhempas berkeping luka
pangkalan setia menantikan duka
Jerit gelegar mengalahkan riuhnya
Teriakan dan nyanyian doa dalam panik binasa
Terpelanting pesawat dalam nganga mulut samudera
Tak bisa aku bayangkan deritanya saat kepingan luka
Berbaur denga debur ombak air mata
Hatiku tertunduk lemah
Tak mampu aku bayangkan rintihan duka dan pilu desah
Saat meregang nyawa terhempas dan berkeping patah sudah
Menghapus peluhpun tak mampu ouhh..... resah.
Indonesia berduka
Rakyat menangis pilu dalam nestapa
Air mata membanjiri tiap sudut desa dan gemerlap kota
Yang tampak adalah kepedihan jiwa
Tatap mata keluarganya
Begitu kosong, seakan riang habis tanpa sisa
Setelah termangu menunggu siang malam terjaga
Mayat -mayat bergandengan tangan
Ketika tubuh dan jasad dihempas gelombang yang menelan
Jasad -jasad yang ditemukan itu membuktikan
Seolah mereka berkata ketika nyawa diujung tenggorokan
"Marilah kita berpegangan tangan, eratkan dan saling menguatkan!"
Sambil menjerit, meraung -raung dalam kepanikan
Aku tak kuasa
Membayangkan atas semua luka dan nganga
Hanya pilu dan duka yang semakin durja
Semoga mereka mi'raj dalam dekapan cintaNya
Disambut bidadari dan bertabur doa dari ampunan yang berlaksa -laksa
Mereka yang membeli tiket air asia
Adalah tiket kunci pembuka pintu surga
Tuhan memilih mereka bukan aku, kau juga dia
Aku melihat ruh yang ringan terbang melesat bagai cahaya
Wajah berseri dan pakaian yang berkilauan didalam nirwana
Aku yakin itulah mereka.
Respon Cepat