Selamat Datang di assiry.kaligrafi-masjid.com , kami ahlinya membuat kaligrafi masjid dan karya seni rupa yang lain, silakan anda lihat karya-karya kami, besar harapan bisa bekerja sama dengan anda.

assiry.kaligrafi-masjid.comadalah buah karya dari Muhammad Assiry Jasiri, seorang seniman dari kota Kudus. Sejak kecil, ia sudah terlihat bakatnya dalam bidang seni. Bakat tersebut semakin terasah seiring bertumbuh remaja di bawah bimbingan para guru kaligrafi ternama di Kudus. Kemudian ia hijrah ke Jakarta dan belajar ilmu seni rupa kepada kakak kandungnya, Rosidi. Kini, segudang prestasi kaligrafi telah ia raih baik di tingkat Nasional maupun di Asia tenggara (ASEAN). Sudah begitu banyak pula masjid/musholla, gedung, maupun kediaman pribadi yang sudah tersentuh goresan tangannya.

Melalui gubug online ini, kami berharap bisa memberi inspirasi anda dan dengan senang hati kami siap melayani semua kebutuhan akan seni rupa dan kaligrafi, desain artistik, serta beragam produk kerajinan khas Indonesia dengan desain eksklusif.

MELACURKAN DIRI KEPADA UANG

Assiry gombal mukiyo, 25 September 2016


Tidak sedikit tetangga saya yang ikut bergabung dengan Jamaah Kanjeng Dimas ini. Sudah berapa ribu orang yang berbondong-bondong mengikuti ritual penggandaan uang tersebut, meskipun itu palsu dan penuh tipu muslihat.

Seperti dilaporkan, Kanjeng Dimas atau Dimas Kanjeng ditangkap polisi karena diduga menjadi otak pembunuhan dua pengikutnya. Si pengikut dibunuh karena akan membongkar kejahatan Dimas Kanjeng. Selama ini berita yang beredar hingga kampung saya di Kudus Jawa Tengah Dimas Kanjeng mengaku bisa menggandakan uang. Syaratnya para pengikutnya harus menyerahkan sejumlah uang sebagai mahar agar bisa menghasilkan berlipat -lipat.

Berkali-kali saya memberikan penjelasan kepada tetangga yang kebetulan menjadi pengikut dan kacung setia Kanjeng Dimas tersebut. Saya bilang bahwa penggandaan uang itu tidak pernah ada. Yang ada justru uangmu akan habis ludes karena tanpa sadar kamu akan terus ketagihan untuk memberikan uang bahkan menjalankan apa saja demi menuruti perintah Kanjeng Dimas.

Sebab pertama karena anda sudah betul -betul berharap bahwa akan mendapat ganti puluhan kali lipat uang yang sudah anda berikan kepada Kanjeng Dimas itu. Jadi prinsipnya semakin banyak yang diberikan kepada Kanjeng Dimas anda semakin dinina bobokkan dengan harapan semua bahwa ratusan juta bahkan milyaran uang anda akan dapatkan. Sebab kedua karena anda ingin mendapatkan uang banyak dan cepat kaya dengan cara yang instan dengan prinsip kalau bisa beternak uang kenapa harus susah payah bekerja. Inilah mind set yang keliru.

Ini kan kelewatan. Modus, tukang tipu dengan menjual nama Agama memang sangat menggiurkan. Kalau mau mendapatkan uang banyak yah kerja bukan malah digandakan. Memang ternak bisa terus bertelur atau melahirkan anak yang bernama uang. Hidup nemang butuh uang tetapi bukan segalanya. Tidak perlu menjadi makhluk yang merendahkan diri dengan mengejar-ngejar makhluk lainnya yang namanya uang. Karena derajat kita lebih tinggi dari uang.

Yang kita perlukan adalah bagaimana kita memiliki kepribadian dengan sifat, sikap dan perilaku yang membuat uang mengejar-ngejar kita. Jadi misalnya, apa yang disebut amanat, amanah. Jadi orang merasa aman dengan Anda. Kalau orang nitipin motor ke Anda orang percaya motornya nggak akan rusak, orang nitipin istrinya ke anda karena keluar kota, anda tetap menjaganya nggak akan dipakai yang enggak-enggak.
Orang nitipin jabatan kepada Anda orang merasa aman kepada Anda, itu disebut "mukmin" kalau dalam Islam. Asal Anda bikin orang aman, Anda bisa dipercaya, Anda membuat segala sesuatu stabil, maka Anda tidak perlu cari uang, karena uang akan sibuk mencari Anda.

Jika anda penjual jasa misalnya, pelayananmu baik, hasil karyamu berkualitas, cara kerjamu profesional meskipun cuma usaha "jasa loundry", tetapi jika itu anda jaga dengan baik saya yakin anda justru akan dikejar oleh uang artinya banyak pelanggan setia, orang dengan rela hati malah menambah tips karena wangi, bersih dan juga rapi hasil loundry anda.

Saya sendiri menjual jasa dengan melayani jasa kaligrafi di hampir seluruh penjuru Indonesia dan beberapa kali ke Manca Negara, tanpa modal uang sepeserpun. Tetapi karena kepercayaan dan amanah terus saya jaga, setiap bulan orang -orang berbondong -bondong mencari saya, menelpon dan menginginkan saya dengan kendaraan CV.Assiry Art untuk menebarkan keindahan kaligrafi entah itu Masjid Kampus dan perkantoran, Masjid Kementerian Negara, Musholla Apartemen, Surau kampung atau Musholla pribadi dan lainnya.

Menurut saya jangan menyibukkan diri dengan sibuk hatinya, sibuk pikirannya, darahnya, emosinya, batinnya, jiwanya, sholatnya, hajinya, untuk mencari uang. Karena derajatnya uang itu yang mencari Anda. Anda derajatnya adalah dicari oleh dunia, Anda tidak punya derajat yang rendah untuk mencari dunia, kalau menurut Allah seperti itu. Jadi sesungguhnya dengan Anda tidak terlalu berkonstrasi mencari uang, apalagi ko sampai melacurkan diri kepada uang dengan menipu, korupsi, memanipulasi yang muaranya adalah merugikan orang lain, maka sesungguhnya potensi uang yang datang kepada Anda jauh lebih banyak dari pada kalau Anda sibuk mencari uang. Ini ekonomi siklikal namanya.

Tentu anda dan bahkan kita semua harus berkerja secara halal sekecil apapun itu usaha kita asal kita telaten dan sabar, semua akan berbuah dan buah kesuksesan. Entah cepat atau lambat kita yang pasti memanennya. Karena hidup tidak hanya mencari dan nemburu uang tetapi menaburkan kebaikan.

Dalam filosofi Jawa dikenal “urip mung gawe kebecikan”. Jika ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka “efek samping”nya adalah materi, uang atau nafkah yang justru lebih melimpah daripada ketika tujuan hidup kita adalah mencari uang semata. Tentu ini berbeda dengan “Kiai Yusuf Mansyur” yang demikian heroik menafsirkan Qur’an dengan “teori” sedekah versinya. Benar dalam Al Qur’an Allah SWT menjanjikan akan melipatgandakan amal kebaikan menjadi 700 kali dan seterusnya, namun tentu ini harus dimaknai dalam hubungan “rasa cintaNya” kepada kita, dan bukan hubungan matematis-kapitalistis. Kalau terjebak dengan cara pandang Kiai Yusuf Mansyur maka orang yang bersedekah bukan dalam kerangka taqwa dan tawakal, melainkan dalam hubungan dagang. “Ini lho Tuhan aku sudah bersedekah, mana imbalan 700 kali itu ?”, barangkali ini yang dicari manusia.

Padahal Allah SWT sudah bernjanji akan memberi rezeki dari arah yang tidak diduga-duga dan akan mencukupkan segala kebutuhan kita, dan Allah hanya meminta dua hal dari kita: taqwa dan tawakal. Taqwa tentu terkait dengan kemesraan cinta antara hamba dan Tuhannya dan tawakal adalah term yang tidak terpisah dari kata kerja. Orang yang tidak pernah bekerja dalam kebaikan tidak boleh mengklaim dirinya tawakal hanya dengan jalan menyerahkan diri saja kepada Allah SWT. Sederhana saja, Allah telah berbagi kepada kita secara demokratis. Kita sudah diberi berbagai fasilitas di alam semesta ini, dan tentu saja ada pembagian tugas atau sharing. Ada qudrah dan ada iradah.

Ingat Untuk urusan uang, Tidak ada cara yang instan kemudian jadi kaya seperti kasus MLM dan penggandaan uang tanpa melalui kerja dan usaha. Yang cepat tapi enak itu tidak ada dalam hidup ini kecuali jika anda terpaksa onani.
Close Menu