Assiry gombal mukiyo, 27 September 2016
Para
ibu khawatir pemakaian pil KB akan membuat mereka susah mendapatkan
kehamilan selanjutnya setelah tidak lagi mengonsumsi pil KB. Atau
sebaliknya seorang remaja putri yang justru takut hamil kemudian memakai
alat kontrasepsi karena memang hobbynya free sex dengan pacarnya.
Mereka hanya takut kepada saran Dokter untuk memakai obat atau alat
kontrasepsi biar bisa hamil atau tidak hamil daripada takut kepada
Tuhan.
Saya sangat sedih karena
ternyata kepatuhan manusia dan masyarakat kita kepada Tuhan tidak
sehebat dan sekonyong-konyong kepatuhan mereka kepada seorang dokter.
Kaum beragama bisa dengan tenang tanpa beban tidak menjalankan ibadah
sembahyang selengkap yang Tuhan perintahkan, tetapi mereka tidak berani
satu kali pun tidak melakukan apa yang dokter perintahkan.
Bahkan
banyak penyembah Tuhan yang puluhan tahun tidak melakukan shalat, tidak
zakat, tidak puasa ramadhan bahkan gemar korupsi, tetapi haji berkali
-kali sebagai citra. Untuk menumbuhkan kesadaran dan pengakuan agar
disebut baik, mereka berbondong -bondong bersedekah agar disebut
dermawan, atau berharap agar Tuhan membalas nilai sefekahnya dengan
ganti yang berlipat -lipat, mereka menjadikan Tuhan sebagai mitra
dagangnya. Ketika dokter memerintahkannya minum obat tiga kali sehari,
tidak satu kali pun mereka berani absen meminum obat.
Tidak
sedikit yang "mbacot" bahkan bingung, atau tidak benar- benar
mempercayai firman Allah yang pernah Allah turunkan dari Zabur, Taurat,
injil dan Quran, tetapi tidak sekalipun mereka pernah mempertanyakan
hal-hal yang menyangkut pil atau obat yang diresepkan atau diperintahkan
oleh dokter. Tidak ditanyakan kembali kenapa obat yang ini, kok bukan
obat yang itu. Kenapa obat yang diminum ini puyer kenapa tidak tablet
saja, kenapa harus pakai kondom kok tidak langsung saja dan lainnya.
Negara yang tidak pernah bisa menjamin kesejahteraan warganya tetapi
kewajiban membayar pajak selalu kita jalankan meskipun harus berbondong
-bondong mengikuti tax amnesti atau ampunan pajak karena menunggak
membayar pajak.
Tetapi ketika Tuhan sudah kontan memberikan
semua fasilitas dan kebutuhan seluruh makhluk di alam semesta, beruba
nikmat dan hamparan bumi ini baru kemudian menyuruh membayar pajak atau
meminum "Pil Tuhan" dengan menjalankan perintah Sholat saja, dalam
rangka bersyukur sekadar dengan meluangkan waktu beberapa menit lima
kali sehari, manusia masih terus bertanya: "kenapa harus lima kali
sehari? Bagaimana kalau setahun sekali saja. Katanya Tuhan itu maha
pengampun. Lha negara saja bisa memberikan ampunan masak Tuhan tidak.
Kalau begitu Pensiun saja jadi Tuhan ?"
Respon Cepat