Assiry gombal mukiyo n olik, 03 Maret 2017
Manusia itu seperti sebatang pohon. Pohon itu bisa jadi
kursi, bisa jadi lemari, bisa jadi pintu, bisa jadi jendela dan
bermacam-macam produk yang berbeda. Kalau mereka mempersoalkan
perbedaan, maka mereka akan melupakan asal mereka yang sama. Tapi kalau
mereka mampu bersatu dan melengkapi sehingga menjadi bermanfaat, maka
tak akan ada persoalan yang muncul, karena satu dan yang lain
menjalankan fungsinya sesuai porsinya masing-masing.
Meningkatkan pemahaman pada aklak,
sikap dan sifat yg lebih mulia. Sehingga esensi bahwa modal kita
sebagai manusia yang sudah diciptakan sebagai makluk yang sempurna mampu
memberikan arti karena memahami apa yg dimaksud kesempurnaan dan mampu
mendaki menuju sebuah pemahaman yang lebih besar menjadi makluk yang
mulia, artinya bisa memahami hakekat dan implementasi kemuliaan.
Jika karena beda baju kita bertengkar justru Ilahi kita adalah baju,
jika karena uang kita berbeda berarti yg jadi ilahi ya uang, jika karena
berbeda agama kita saling bermusuhan berarti agamalah yang menjadi
Tuhan bagi kita. Bukankah ini salah kaprah dan saling "jumpalitan"
logika kita selama ini.
Respon Cepat