Assiry gombal mukiyo, 21 November 2014
Ibu memiliki kontribusi besar dan signifikan dalam membentuk
perkembangan agama dan psikologi anak. Di tangan ibu, warna akhlak dan
karakter anak berada. Seorang ibu yang baik akan mencetak anak yang
baik. Ibu yang jujur akan mengalirkan nuansa kejujuran pada
anak-anaknya. Ibu yang salehah akan memberi warna kesalehan pula pada
anaknya.
Rasulullah pernah mengatakan, manusia paling pantas
untuk diperlakukan dengan sebaik-baiknya itu adalah ibu. Dan, Nabi yang
mulia itu mengulanginya hingga tiga kali. Suatu gambaran nyata bahwa ibu
demikian berarti bagi seorang anak. Anak-anak yang hancur secara moral,
biasanya disebabkan oleh buruknya moral sang ibu. Anak-anak yang cacat
mental, biasanya karena ibunya telah menularkan penyakit mentalnya itu
kepada anak-anaknya.
Tapi, di belakang kesuksesan seseorang,
pasti ada peran besar ibunya. Hafizh Ibrahim, seorang penyair asal
Mesir, pernah berkata, ibu adalah madrasah kehidupan yang bukan hanya
melahirkan anak secara biologis, namun juga melahirkan generasi. Satu
bangsa yang berkualitas bisa dilihat dari kualitas perempuan yang ada di
negeri itu. Ibu bagi suatu bangsa merupakan tiang penyangga berdirinya
bangsa itu. Syekh Abdul Qadir Jilani, seorang ulama sufi terkenal,
tatkala mau berangkat menuntut ilmu, ibunya berpesan agar dia berlaku
jujur dalam kondisi apa pun. Ibunya memberikan bekal uang sebanyak 10
dinar.
Dalam perjalanannya, ia dihadang oleh para perampok.
Perampok itu bertanya apakah dia punya uang atau tidak. Syekh Abdul
Qadir dengan jujur menjawab bahwa dia punya uang sebanyak 10 dinar
sebagai bekal perjalanan yang diberikan ibunya. Awalnya, perampok itu
tak percaya. Namun, setelah ditunjukkan tempat uang itu berada maka sang
perampok terkejut dan kagum dengan kejujurannya. Dan, berkat sikap
inilah kemudian para perampok itu kembali ke jalan benar dan menjadi
murid setia sang wali Syeikh Abdul Qadir Al Jilani.
Cerita serupa
terjadi di Jakarta. Seorang office boy satu bank menemukan uang senilai
Rp 100 juta di tong sampah. Karena dia tak pernah mempunyai uang
sebesar itu, maka uang itu ia laporkan kepada petugas keamanan bank
tersebut. Dan setelah dicek, ternyata uang tersebut merupakan uang
nasabah dari bank tersebut. Atas upayanya itu, dia diberikan rezeki oleh
pimpinan banknya. Dan kejujuran yang dilakukan seorang OB itu, tak
lepas dari peran ibunya.
Seorang ibu yang saleh adalah nikmat
dunia. Dia akan menjadi penopang keluarga agar kokoh. Dia menjadi tulang
punggung moral anak-anaknya agar tidak bengkok dan melenceng. Maka,
pemberdayaan perempuan merupakan suatu kenicayaan, agar moralitas anak
terjaga, agar suami bahagia, dan bangsa berdaya.
Terimakasih buat
Ibu yang menjadikan kami anak -anakmu mengerti nilai -nilai kebajikan
dan apa arti kasih sayang yang sejati tanpa melalui kata-kata.
Illustrasi:
Gambar Ibu Saya , Ibu Kadarsih saat melayani Pekerja ketika membangun
asrama PSKQ. Seorang Ibu desa yang sederhana, Petani yang tak memiliki
sawah, tapi memiliki limpahan kekayaan "kasih sayang" Yang begitu luas
bak samudera.
"Bahagianya aku, yang pernah engkau lahirkan dari rahimmu .....emakk
Rabbi ighfirli waliwalidaiyya warhamhuma kama rabbayani Shaghira....Amiiin".
Respon Cepat