Al Mursyid Al Habib Lutfi pekalongan ,12 November 2014
Para sahabat mendapat dua nur, nur atsar minadzor ila wajhil karim,
yang kedua mendapatkan cahaya Rasulullah Saw. Saban hari, mereka duduk,
ruku, sujud dan sebagainya, bersama-sama dengan Rasulullah. Walaupun
antara sahabat ada kontroversi, seperti Muawiyah contohnya.
Secara pandangan Ahlu Sunah wal Jamah, apapun ijtihad Muawiyah adalah
salah, tapi Ahlu Sunah tetap dalam pendirian; tidak ada hak untuk
mengakfirkan kepada Muawiyah. Atau mengecap sebagai kafir. Tetap
memuliakan kedudukan Muawiyah sebagai sahabat.
Wajar, karena
sahabat adalah bukan maksum sebagaimana para nabi. Para sahabat hanya
mendapatkan mahfudz minallah, penjagaan dari Allah Taala. Dan mahfudz
dari Allah Taala itu bertingkat, tidak sekaligus semua mendapatkan
mahfudz. Bertingkat, sebagaimana ubudiahnya para sahabat-sahabat itu
sendiri.
Walaupun demikian, untuk menutupi kekurangan sahabat
yang pada waktu itu terkadang melakukan kekhilapan. Keturunananya itu
diangakat menjadi wali Quthbil Gaust, itu banyak. Diantaranya siapa?
Umar bin Abdul Aziz masih ada darah dari Muawiyah.
Cucunya
sendiri menjabat Quthbil Gaust; Muawiyah bin Yazid bin Muawiyah. Beliau
seorang Quthbil Gaust di jamannya. Luar biasa kan! Ini membuktikan
kemuliaan Maqomah (kedudukan) sahabat. Makanya jangan sembarangan, dewe
melu-melu nyacat sahabat, (kita jangan sembarangan kita ikut-ikutan
mencela sahabat).
Sebuah bukti sejarah tentang salah satu kebesaran dan kemuliaan Sahabat Nabi Saw.
Pada tahun 1932 (atau tahun 1351H), raja Iraq yang bernama Shah Faisal I
bermimpi dimana dalam mimpinya ia ditegur oleh Hudhaifah al-Yamani
(salah seorang
#sahabat #Nabi) yang berkata:
"Wahai raja! Ambillah jenazahku dan jenazah Jabir al-Ansari (juga salah
seorang sahabat nabi) dari tepian sungai Tigris dan kemudian kuburkan
kembali di tempat yang aman karena kuburanku sekarang dipenuhi oleh air;
kuburan Jabir juga sedang dipenuhi oleh
#air."
Mimpi yang sama terjadi berulang-ulang pada malam-malam berikutnya akan
tetapi raja Faisal I tidak peduli dengan mimpi itu karena ia merasa ada
hal-hal lain yang jauh lebih penting dalam kehidupannya yang berupa
urusan-urusan kenegaraan. Pada malam ketiga Hudhaifa al-Yamani hadir
dalam mimpi Mufti Besar Iraq. Hudhaifa al-Yamani berkata dalam mimpi
sang Mufti itu:"Aku telah memberitahu raja dua malam sebelumnya untuk
memindahkan jenazahku akan tetapi tampaknya ia tidak peduli.
Beritahukanlah kepada raja agar ia mau sedikit berempati untuk
memindahkan kuburan-kuburan kami."
Subhanallah, 2 jenazah Sahabat
Nabi Masih Utuh Setelah Ratusan Tahun DikebumikanLalu setelah
mendiskusikan masalah ini, raja Faisal, disertai oleh Perdana Menteri
dan Mufti Besar bermaksud untuk melaksanakan tugas ini. Diputuskan bahwa
Mufti Besar akan memberikan fatwa mengenai hal ini dan Perdana Menteri
akan memberikan pernyataan kepada pers supaya semua orang tahu tentang
rencana besar ini. Kemudian diumumkan kepada umum bahwa rencana ini akan
dilangsungkan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Dzhuhur dan
Ashar. Kuburan kedua sahabat Nabi itu akan dibuka dan jenazahnya (atau
mungkin kerangkanya) akan dipindahkan ke tempat lain.Karena pada waktu
itu sedang musim haji, maka para jamaah haji juga ikut berkumpul di kota
Mekah. Mereka meminta Raja Faisal I untuk menunda rencana itu selama
beberapa hari agar mereka juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri
proses ekskavasi dari kedua tubuh sahabat nabi itu. Mereka ingin agar
proses ekskavasi itu ditunda hingga mereka selesai beribadah haji.
Akhirnya Raja Faisal setuju untuk menangguhkannya dan mengundurkannya
hingga tanggal 20 Dzulhijjah.
Setelah shalat Dzuhur dan Ashar,
pada tanggal 20 Dzulhijjah tahun 1351 (Hijriah) atau tahun 1932 Masehi,
orang-orang berdatangan ke kota Baghdad. Yang datang bukan saja kaum
Muslimin melainkan juga kaum Non-Muslim. Mereka berkumpul di kota
Baghdad hingga penuh sesak. Ketika kuburan Hudzaifa al-Yamani dibuka
segera mereka melihat bahwa kuburan itu dipenuhi air di dalamnya. Tubuh
Hudzaifa al-Yamani diangkat dengan menggunakan katrol dengan sangat
hati-hati agar tidak rusak dan kemudian jenazah yang tampak masih sangat
segar itu dibaringkan di sebuah tandu.Kemudian Raja Faisal beserta
Mufti Besar, Perdana Menteri dan Pangeran Faruq dari Mesir mendapatkan
kehormatan untuk mengangkat tandu itu bersama-sama dan kemudian
meletakkan jenazah segar itu ke sebuah peti mati dati kaca yang dibuat
khusus untuk menyimpan jenazah-jenazah itu. Tubuh Jabir bin Abdullah
Al-Ansari juga dipindahkan ke peti mati dari kaca yang sama dengan cara
yang sama hati-hatinya dan dengan segenap penghormatan.
Pemandangan yang sangat menakjubkan itu sekarang sedang dilihat oleh
banyak orang laki-laki dan perempuan, muda dan tua, miskin dan kaya,
Muslim dan Non-Muslim. Kedua jenazah suci dari sahabat sejati Nabi yang
kurang dikenal kaum Muslimin ini kelihatan masih segar dan tak tersentuh
bakteri pengurai sedikitpun. Keduanya dengan mata terbuka menatap
kedepan menatap kenabian yang mana keduanya membuat para penonton
terperangah dan tak bisa menutup mulutnya.
Kebisuan mengharu biru ...
Mereka seolah tak percaya atas apa yang mereka saksikan pada hari itu.
Selain tubuh keduanya yang tampak segar bugar, juga peti mati mereka
yang juga tampak masih utuh dan baru; juga pakaian yang mereka kenakan
pada saat dikubur semuanya utuh dan kalau dilihat sekilas seolah-olah
kedua sahabat nabi dan pahlawan Islam ini masih hidup dan hanya
terbaring saja.Kedua jasad suci ini akhirnya dibawa dan dikebumikan
kembali di kuburan yang baru tidak jauh dari kuburan sahabat sejati nabi
lainnya yaitu Salman Al-Farisi yang terletak di SALMAN PARK kurang
lebih 30 mil jauhnya dari kota Baghdad. Kejadian ajaib ini sangat
mengundang kekaguman para ilmuwan, kaum filsafat, dan para dokter.
Mereka yang biasanya sangat sering berkicau memberikan analisa sesuai
dengan bidangnya masing-masing, kali ini tertunduk bisu terkesima dengan
kejadian yang teramat langka.
Salah satu dari mereka ialah seorang
ahli fisiologis dari Jerman yang kelihatan sekali sangat tertarik dengan
fenomena ini. Ia sangat ingin melihat kondisi tubuh jenazah kedua
sahabat nabi itu yang pernah dikuburkan selama kurang lebih 1300 tahun
lamanya. Oleh karena itu, ia serta merta langsung mendatangi Mufti Besar
Iraq. Sesampainya ia di tempat dimana peristiwa akbar itu terjadi, ia
langsung memegang kedua tangan sang Mufti dengan eratnya sambil berkata:
Di hadapan orang banyak beribu-ribu jumlahnya yang menyaksikan dirinya,
dokter dari Jerman itu menyatakan keIslamannya. Demi melihat itu banyak
orang lainnya yang beragama Kristen atau Yahudi turut juga menyatakan
diri sebagai Muslim pada saat itu karena mereka telah melihat bukti yang
sangat nyata dipampangkan di depan mereka.
Respon Cepat