assiry gombal mukiyo, 13 Desember 2014
Indonesia itu bukan negara maritim. Padahal Nenek moyang kita dulu
adalah Pelaut. negara agraris bukan, negara manufaktur juga
bukan.....yang terlihat tanda-tandanya malah menuju negara agama yang
penuh kemunafikan, menjual Tuhan dan ayat massif dan sistematik dan
rakyat pun termehek-mehek konsumtif melalap paket Tuhan layaknya melalap
Blackberry...
Bisnis yang menjanjikan keuntungan yang berlipat
-lipat bukan hanya secara finansial. Tidak perlu membuat barang, produk
dan logistik.
Anda bahkan bisa menjual imajinasi dari dalil -dalil
entah dari Al Qur an dan Assunnah. Semua orang berbondong -bondong
membayar tanpa memikirkan nilai intrinsik barang imajiner yang anda
beli.
Kalau saya mengkritik interpretasi bodoh agama, itu sama
sekali ditujukan bukan untuk rakyat biasa (pemulung, petani desa, kaum
miskin kota, orang -orang desa pinggiran yang papa atau semua yang tidak
punya akses pendidikan tinggi), apalagi yang karena kemiskinan mereka
tidak punya akses modernitas seperti internet. Bukan pula ditujukan
untuk manusia-manusia baik hati dan lugu yang tersebar di seluruh
pelosok nusantara, yang tidak punya kesempatan untuk mengerti dinamika
dunia yang menggilas mereka. Mereka sudah bekerja keras dan positif
memandang kehidupan, acungan jempol tinggi-tinggi adalah penghargaan
sangat layak buat mereka itu yang berjuang mati -matian disaat semua
kebutuhan melambung tinggi dengan dinaikkannya harga BBM oleh
Pemerintah.
Kritik saya ditujukan utama dan terutama buat
anda-anda yang bisa buka internet tapi malas belajar. Ditujukan terutama
bagi yang berpendidikan tinggi tapi otaknya kosong. Ditujukan buat yang
kaya tapi hanya bisa berfoya-foya. Ditujukan yang sekolah sampai luar
negeri tapi pikiran keagamaannya sebesar otak babi.
Privilege dan
kesempatan untuk belajar dibuang percuma, di saat jutaan manusia bahkan
masih berjuang hanya untuk sekedar mengisi perut belaka. Kalau kelas
menengah dan berpendidikan saja bisa sebodoh anda, maka tak ada gunanya
itu modernitas, gadget mutakhir, fashion, dan segala tetek bengek
fasilitas kelas dunia yang serba lux.
Ketika kerusakan memasuki
sendi-sendi moral dari lingkup elite hingga lingkup jelata di akhir
jaman, cara mengeruk keuntungan dalam bisnis ini adalah dengan cara
menakut2i umat dengan neraka dan mengiming-iminginya dengan surga.
Bukannya menyebarkan syiar dengan cara benar, tetapi jualan ayat-ayat
Tuhan untuk keuntungan diri dan golongannya sendiri. Naudzubillah ....
Di daerah anu ada Kyai, pastur, Biksu atau pemuka agama yg kerjanya
cuma menerima tamu untuk dimintai doa dan didoakan bisa kaya raya,
rumahnya bagus, dengan mebel kelas satu. Jangan heran jika mereka bisa
mengkalkulasi amal ibadah. Jadi kalau mau ceramah atau yang mereka sebut
dengan tausiyyah itu harus bayar uang muka /DP dulu, inilah yang agak
sadis saya sebut sebagai bisnis agama.
Contoh yang lebih jelas,
lihat para petinggi PKS yang mengatas namakan sebagai partai Islam ,
awalnya melarat sekarang kaya raya , rumah mewah, mobil mewah dan istri
ada dimana -mana, jumlahnya bisa 5 atau melebihi sareat agama itupun
juga masih hobby dengan "mbooking" artis -artis yang oleh LHI di
samarkan sebagai" fustun" atau cewe yang semlohay alias bahenol bin
ehem.
Harus diterima inilah bangsa indonesia yang dahulu dijajah
Belanda, jepang dan portugis sekarang dijajah oleh bangsanya sendiri.
Respon Cepat