Assiry gombal mukiyo, 24 Februari 2015
Kata sederhana ini ternyata sangat sulit dijalankan oleh mayoritas
orang, karena memang bersikap adil itu membutuhkan kekuatan luar biasa
melawan nafsu diri sendiri dan kalau perlu mengkritik diri sendiri (
misuhi diri sendiri) ataupun golongan sendiri.
Kebaikan dan
kejahatan itu ada di semua orang dan semua golongan, tentu tingkat
kebaikan dan kejahatannya berbeda-beda. Dan orang yang adil sejak dalam
pikiran adalah orang yang bisa melihat secara jernih kebaikan dan
kejahatan itu tanpa mengingkarinya sedikitpun.
Sebagaimana
kebaikan itu tidak ada 100% di satu orang atau golongan, kejahatan pun
seperti itu, sejahat-jahatnya orang, tentu ada sedikit banyak sisi
kebaikannya. Seandainya dunia ini dipenuhi oleh orang yang adil sejak
dalam pikiran, maka konflik akan jauh bisa dikurangi, karena dogma-dogma
kebaikan dan kejahatan akan tersaring oleh fakta-fakta bahwa kebaikan
dan kejahatan itu menyebar di hampir semua orang dan golongan.
Bayangkan lalu kita renungkan kembali Jika saja orang Islam bisa melihat
kebaikan di kalangan orang Kristen, Hindu, ataupun bahkan terhadap
atheis sekalipun tentu kita bisa hidup mesra berdampingan dengan tali
kerukunan yang harmonis.
Jika saja orang atheis bisa melihat
kebaikan di kalangan orang Islam, Kristen, atau Hindu, jika saja setiap
agama belajar kebaikan agama lain, dan setiap manusia belajar kebaikan
manusia lain sekaligus bisa mengkritik kejahatannya. Jika kapitalis bisa
mengambil kebaikan dari para sosialis, jika para sosialis melihat
secara jernih keuntungan kapitalisme. Jika saja kebenaran itu bukan
dogma, tapi adalah pembuktian.
Maka dunia akan terasa lebih indah, lebih altruis, lebih banyak pasifis...oh tentramnya dunia ini.
Adil sejak dalam pikiran adalah manifesto rendah hati, bahwa kebenaran
itu tidak pernah mutlak tapi bertingkat, kebenaran itu bersifat parsial
dan kita bisa meletakkannya dalam peringkat-peringkat kebenaran dimana
kebenaran yang puncak adalah kebenaran yang terbukti, bukan hanya
kebenaran yang dipercayai. Adil sejak dalam pikiran adalah cara terbaik
menyelesaikan konflik horizontal dan mengeliminasi hegemoni hirarki
vertikal. Adil sejak dalam pikiran menjaga kita dari sikap fatalis dan
fundamentalis yang terbukti telah menebarkan benih besar kekacauan bumi
yang kita tinggali ini.
Semoga kita semua bisa berbuat adil, sejak dalam pikiran, dan terejawantah dalam perbuatan.Amiin.
Illustrasi:
Karya pertama kali saya membuat kaligrafi dan motif kubah "Assiry art"
diameter 12 m di Masjid Al Fairus Pekalongan pada tahun 2003. Seminggu
setelah saya juara 1 lomba kaligrafi MTQ tingkat Nasional di palangka
raya kal Teng 2003, saya di telphon oleh Bp. H.Makhrus sebagai pendiri
yayasan Al Fairus untuk mendekorasi interior dan kubah Masjid Al Fairus.
Tentu ini adalah karya yang menyimpan kepingan kenangan dan kisah yang apik untuk selalu dikenang.
Saya berkarya sekaligus memberikan teori dan praktek kepada ratusan
kader -kader binaan "Assiry art" yang tergabung dalam KUASS ( komunitas
Seni Kudus ) yang saya dirikan pada Th. 2001.Sekarang para kader KUASS
sukses mnjadi kontraktor interior dan juga seniman, juga selebihnya
berprofesi mendekorasi kaligrafi diberbagai masjid di Indonesia. sebelum
akhirnya lahir dan saya dirikan PSKQ Modern pada 17 Januari 2007 hingga
saat ini.Hadzaa min fadhli Rabby.
Respon Cepat