Assiry gombal mukiyo, 12 April 2015
Jauh sebelum ada Raden Ajeng Kartini, ijinkan sedikit saya " ndobol"
sejenak, bercerita dan berceloteh, bahwa ada seorang Ratu di nusantara
ini yang tersembunyi dari sejarah Indonesia. Dialah Gayatri Istri
Mahapatih Gajahmada.
Wanita adalah tiang negara"annisau imad al bilad.
Ungkapan bijak ini seolah menjadi pegangan Gayatri Sri Rajapatni, istri
Raden Wijaya, pendiri Majapahit dan ibu Ratu Tribhuwana. Bahkan bukan
sekadar tiang, tapi juga sumber spirit kejayaan Majapahit. Wanita
cantik, cerdas dan penuh kasih ini adalah inspirator tiap langkah
Mahapatih Gajah Mada.
Gayatri Sri Rajapatni adalah anak
Kertanegara raja terakhir Singhasari. Putri berdarah biru kelahiran
Tumapel ini berparas cantik, berpikiran cerdas dan memiliki watak penuh
kasih.Dia digambarkan mewarisi kecantikan Ken Dedes, nenek buyutnya
yang memiliki kodrat rareswari, atau wanita maha cantik yang dapat
menurunkan raja-raja.
Seperti sang nenek yang menjadi sumber
inspirasi Singhasari, Gayatri Rajapatni juga menjadi sumber semangat
Majapahit. Perempuan yang berada di balik kejayaan Majapahit. Gayatri
menjadi sosok sentral yang membawa Majapahit menjadi imperium terbesar
di Nusantara.Namun ironisnya keberadaannya hampir tak tersentuh kajian historis konvensional.
"Rumangsamu" tanpa Gayatri Gajahmada bisa sehebat itu. Sehinga Gajah
Mada terkenal dengan sumpah palapanya yang bisa mempersatukan bumi
nusantara. Gayatri memiliki pemikiran mendalam mengenai kerajaan
Majapahit. Dia berhasil mendekati Gajah Mada dan memasukkan
pemikiran-pemikirannya ke pemikiran Gajah Mada. Secara tidak langsung,
Gayatri dan Gajah Mada lah sosok yang membesarkan Kerajaan Majapahit.
Gayatri melalui pemikirannya dan Gajah Mada melalui tindakan dan
eksekusinya. Mereka tidak terpisahkan satu sama lainnya secara
substansi.
Tanpa Gayatri saya yakin Gajah Mada " loyo" tidak
memiliki gairah apapun untuk ikut menentukan kejayaan Majapahit pada
waktu itu. Sementara gajah Mada yang bersifat keras menjadi lembut
dan bijaksana karena dibimbing Gayatri dengan penuh kesabaran. Alhasil,
Gajah Mada mampu menjadi Mahapatih yang dipercaya dan bahu membahu
dengan Ratu Tribhuwana serta Gayatri demi membangun Majapahit.
Saya tidak mengesampingkan begitu besarnya jasa RA.Kartini untuk bangsa
ini. Tapi ingat, di negeri ini bukan hanya ada Kartini. Banyak juga
perempuan -perempuan di kampung -kampung dan pelosok desa yang sangat
perkasa dan mampu mem-perkasakan tanggung jawabnya lebih dari
keperkasaan ( tanggung jawab: red) seorang suami.Jangan -jangan
perempuan itu ada didekatmu sendiri. Yang tanpa sadar kita melupakan
jasa -jasanya sebagai Kartini yang sesungguhnya.
Anda coba
bayangkan, setiap hari dari pagi sampai sore mereka dipaksa keadaan
untuk memasak mempersiapkan sarapan untuk keluarga, bersih -bersih
pekarangan dan seluruh isi rumah, belum juga "netekin" anaknya sampai
pulas tertidur. Tidak hanya berhenti disitu saja, terkadang anaknya diam
tapi Bapaknya yang "rewel". Inilah pengorbanan Kartini -kartini dalam
rumah tangga kecil kita.
Atau lihatlah Sosok renta Ibu kita
sendiri. Sungguh Ibu kita adalah Kartini terbaik yang
meng-emansipasi-kan pendidikan terbaik untuk kita, mempersiapkan diri
kita sebagai anak yang kelak bisa" mikul dhuwur mendem jero" menjunjung
tinggi harkat dan martabat keluarga.
Kita sibuk mengikuti berbagai
lomba untuk memperingati hari Kartini, tapi kita lupa bahwa Kartini itu
sangat dekat dalam keseharian kita.
Sudahkah kita -meng-kartini-kan
Perempuan terdekat kita yang begitu tulus memperjuangkan bukan saja
soal "emansipasi" bahkan lebih dari itu.Kartini sebenarnya
sudah tiada, tapi kartini ada dalam jiwa kita. Ketika kita mampu menjadi
penerang bagi yang gelap, artinya kita bisa menaburkan cahaya
kemanfaatan bagi sesama " khairu annas an fa'uhum li annasi".
Kita
juga mampu menjadi peneduh, menjadi "oase" ketika kerontang disekitar
kita. Intinya menjadi apa saja yang bisa membuat orang lain merdeka,
aman dan tenteram akan keberadaanmu. Inilah substansi dari ajaran Islam
yang sesungguhnya.
Seperti yang pernah ditulis oleh RA.Kartini dalam
bukunya "Habis gelap terbitlah terang" atau kalau boleh saya tafsirkan
menjadi: Saat cahaya terang tiba maka sirnalah kegelapan. Ketika ilmu (
cahaya) itu hadir maka kebodohan ( kegelapan ) menjadi sirna.
Pesan RA. Kartini begitu singkat tapi sarat oleh makna.
Respon Cepat