Assiry gombal mukiyo, 16 Juli 2015
Saya kadang geli menyaksikan riuhnya negeri ini, kita sungguh -sungguh
sangat menikmatinya. Seperti dikili-kili oleh sesuatu entah apa itu.
Kita sangat suka dan begitu menikmati hobby kita yang rajin dan
khusu'menggunjing, memperdebatkan, bahkan ada beberapa diantara kita
yang menuding -nuding sinis dan mengatainya " Dasar tua bangka
ngacengan". Lho katanya kita puasa. Yang puasa itu kita apa bulannya
yang berpuasa?
Puasa ko ribut. Puasa ko justru belanja dan makannya
semakin meningkat, acara cengengesan di TV juga makin marak, puasa ko
syahwat menggunjingkan orang lain juga semakin tidak tertahan. Puasa cap
apa ?
Mengenai OC Kaligis mau nikah berapapun hak beliau dan dia
gentle mau mengakui semua pernikahan yang ada dan berani bertanggung
jawab atas semuanya. kita tidak tahu dalam dan isi hati manusia, kita
juga tidak tahu mengapa beliau menikah banyak meskipun dari sisi
normatif sosial di negeri ini kurang wajar. Mungkin bagi yang melihatnya
bakal mencibir namun belum tentu bagi anak dan istri beliau. Bisa jadi
beliau adalah ayah dan suami yang hebat bagi istri-istri dan anak
-anaknya, terlepas kasus suap sekarang yang menjeratnya. Mau jadi
manusia bagaimanapun yang penting berani tanggung jawab apalagi laki
laki.
Mending pak OC berisrtri banyak 'no gosip' daripada diluar
istri satu saja "tengkarnya" jadi headline dan hotline bahkan
mengalahkan berita politik.
Ini kan kasus mengenai suap yang
dituduhkan ke dia, harusnya yang disorot dan dikupas ya disisi itu,
mengenai beliau beristri 10 dan punya anak 20 apa urusannya dengan kita.
Urusan pribadi beliau dengan Tuhan. Kita kadang berlagak sok lebih
baik. Mengaku lebih mandiri dan agamis karena monogami, tapi sungguh
alangkah tidak berbudayanya kita yang suka mengulik-ngulik urusan orang
lain. Toh yang kasih makan dan mencukupi seluruh kebutuhan 10 istri dan
20 anaknya Pak OC bukan kita. Kenapa kita yang jadi pusing .
Iya
mungkin dia kristen. Kalau di kristen ndak boleh poligami . Sedangkan
dalam islam dipandang sunnah dengan maksimal 4 istri. Janganlah menjadi hakim bagi orang lain tanpa melihat diri kita sendiri.
Pernahkah terfikir oleh kita apa definisi baik dan buruk bagi manusia?
Persepsi atau paradigma yang banyak dianut orang umumnya seperti ini :
Baik adalah sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita dan buruk adalah
sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Kita menghujat
keras OC. Kaligis, tapi diam -diam karena sebenarnya kita juga ingin
sepertinya. Dia yang Tua, kaya raya dan juga dikelilingi 10 istri itu
belum pacar dan lainnya.
Letak penolakan kita sebenarnya bukan
karena memang kita ingin menunjukkan kebenaran dan kebaikan tapi karena
didalam hati kita berkecamuk jutaan pertanyaan kenapa kok OC.Kaligis
yang bisa menikah dengan 10 istri dan puluhan simpanan lainnya, kenapa
saya yang perlente tidak bisa?
Inikan sama ketika Th. 1998 kita
kompak mendemo suharto agar lengser keprabon dengan dalih dia korup dan
sebagainya padahal setelah Suharto lengser justru kita lebih korup, dan
lebih gila darinya.
Boleh jadi sesuatu yang kamu benci, padahal
ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.” (Q2: 216). Benarlah sudah hanya Tuhan yang punya hak
untuk menghakimi karena kita manusia tidak ada yang sempurna. Hanya
Tuhanlahlah yang maha sempurna itu.
Respon Cepat