Assiry gombal mukiyo, 17 Juli 2015
Kita jarang
sekali mendengar kisah Kanjeng Nabi Muhammad yang pernah mempersilahkan
rombongan orang Kristen melakukan misa di Masjid Nabawi, sebagaimana
juga kita jarang mendengar Umar bin Khatab yang sembahyang di pelataran
gereja. Kita juga jarang mendengar jaminan Kanjeng Nabi Muhammad yang
ditandatangani langsung oleh Nabi dan dikirimkan terhadap orang Kristen
dan agama lain agar bisa hidup aman dan tentram tanpa diganggu.
Semua kisah-kisah tersebut adalah kisah sebenarnya yang hampir sama
sekali kita tidak pernah mendengarnya dan justru kita sering mendengar
para ustadz atau beberapa oknum habib yang berteriak-teriak menakuti non
muslim, melarang pembangunan gereja, mengancam Ahmadiyah dan Syiah,
bahkan mengkafirkan sesama muslim.
Agama itu berguna jika dia
menjadi alat perekat kemanusiaan, bukan alat penebar kebencian. Agama
itu tidak pernah mencapai tujuannya jika justru saling mengancam dan
bersautan pedang. Adalah tugas umat beragama untuk kembali ke tujuan
awal agama masing-masing. Yang Islam kembali ke rahmatallilalamin,
rahmat bagi semesta. Yang Kristen kembali ke Cinta Kasih. Yang Hindu
kembali ke Tri Hita Karana. Yang Buddha kembali ke 8 Jalan Kebenaran.
Mari
kembali ke fitrah( iied Al Fitr), ke tujuan asal, ke sikap dasar.
Perbedaan adalah fitrah adanya, perbedaan itu sudah sejak awal ada dan
akan terus ada. Hal terindah yang harus kita lakukan adalah toleransi
atas perbedaan-perbedaan itu. Tentu kita boleh saling mengingatkan atau
berdiskusi atau bahkan mengkritik, tapi semua itu harus berdasarkan
rahmatallilalamin, cinta kasih, tri hita karana, 8 jalan kebenaran.
Karena di atas segala perbedaan itu, kita punya persamaan yang jauh
lebih penting yaitu persamaan sebagai sesama umat manusia yang menempati
planet indah bernama bumi yang harus kita jaga bersama dan kita rawat
bersama.
Semoga semesta memberkati kita semua dan semua manusia hidup dalam satu cinta, cinta yang menyelimuti semesta raya.
Respon Cepat