Assiry gombal mukiyo, 24 Februari 2016
Kaum Bani Israil satu waktu mendatangi Musa, “Wahai Musa, kami ingin
mengundang Tuhan untuk menghadiri jamuan makan kami. Bicaralah kepada
Tuhan supaya Dia berkenan menerima undangan kami.”Dengan marah Musa
menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa Tuhan tidak memerlukan makanan?”
Tetapi, ketika Musa menaiki bukit Sinai, Tuhan berkata kepadanya,
“Kenapa tidak engkau sampaikan kepada-Ku undangan itu? Hamba-hamba-Ku telah mengundang Aku. Katakan kepada mereka, Aku akan datang pada pesta mereka Jumat petang.”
Musa menyampaikan sabda Tuhan itu kepada umatnya. Berhari-hari mereka
sibuk mempersiapkan pesta itu. Pada Jumat sore, seorang tua tiba dalam
keadaan lelah dari perjalanan jauh. “Saya lapar sekali,”katanya kepada
Musa. “Berilah aku makanan.” Musa berkata, “Sabarlah, Tuhan Rabbul
Alamin akan datang. Ambillah ember ini dan bawalah air ke sini. Kamu
juga harus memberikan bantuan.” Orang tua itu membawa air dan sekali
lagi meminta makanan. Tapi tak seorang pun memberikan makanan sebelum
Tuhan datang. Hari makin larut, dan akhirnya orang-orang mulai mengecam
Musa yang mereka anggap telah memperdayakan mereka.
Musa menaiki
bukit Sinai dan berkata, “Tuhanku, aku sudah dipermalukan di hadapan
setiap orang karena Engkau tidak datang seperti yang Engkau janjikan.”
Tuhan menjawab, “Aku sudah datang. Bahkan Aku telah menemui kamu
langsung, ketika Aku bicara kepadamu bahwa Aku lapar, kau menyuruh Aku
mengambil air. Sekali lagi Aku minta, dan sekali lagi engkau menyuruh-Ku
pergi. Baik kamu maupun umatmu tidak ada yang menyambut-Ku dengan
penghormatan sama sekali.”
“Tuhanku, seorang tua memang pernah datang dan meminta makanan, tapi ia hanyalah manusia biasa,” kata Musa.
“Aku bersama hamba-Ku itu. Sekiranya kamu memuliakan dia, kamu
memuliakan Aku juga. Berkhidmat kepadanya dengan membuatnya senang dan
kenyang itu sama juga kamu berarti berkhidmat kepada-Ku. Seluruh langit
terlalu kecil untuk meliputi-Ku, tetapi hanya hati hamba-Ku yang dapat
meliputi-Ku. Aku tidak makan dan minum, tetapi menghormati hamba-Ku
berarti menghormati Aku. Melayani mereka berarti melayani Aku.”
Berbakti kepada sesama manusia bukanlah kewajiban sekelompok orang.
Setiap Muslim apa pun jenis kelamin, usia, dan status sosialnya
berkewajiban memperlakukan semua orang entah apapun agamanya, apapun
kelompok sosialnya, ras dan golongannya, mau LGBT atau yang lagi BeTe
harus tetap diperlakukan dengan baik.
Respon Cepat