assiry gombal mukiyo, 16 September 2014
Temen- temen sekalian, manusia itu kalau mau dipangkat-pangkatkan seperti anggota TNI atau Polri itu maka paling tidak akan ada tiga tingkatan mendasar yang menggambarkan kondisi kejiwaan manusia yang utuh.
1. Dikatakan sebagai insan/ human/ manusia egoistis. Manusia yang
memiliki pangkat sebatas ini tidak lain mendasarkan segala perbuatannya
hanya demi dirinya sendiri. Memandang dirinya sebatas manusia yang
memiliki kebutuhan untuk makan,minum, seks (kenthu), jadi mau tidak mau
segala hal harus dilakukan untuk mendapatkan hal itu.
2. Lebih
satu lagi tingkatannya, Abdul. Manusia yang jenis ini telah menempatkan
dirinya lebih dekat dengan Tuhan sehingga ia mendasarkan dirinya untuk
beribadah pada Allah.
3. Dan inilah puncak tertinggi seorang
manusia, yaitu sebagai kholifah di muka bumi. Disinilah manusia bisa
betul-betul menggambarkan posisinya sebagai hamba Allah dan juga mandataris
kasih sayangnya di muka bumi.
Bila suatu saat sampean melihat
kucing yang ketakutan di atas sebuah pohon dan tak berani turun,
seketika itu juga karena merasa kasihan kemudian engkau berusaha
memanjat pohon eh tiba2 malah azan ashar berkumandang padahal sebenarnya
ketika itu kamu sedang di penghujung waktu dluhur dan kamu sebenarnya
juga belum mengerjakan sholat dluhur karena disebabkan suatu masalah.
Mana yang lebih engkau pentingkan, menyelematkan sang kucing atau
meninggalkannya demi mengerjakan sholat yang bahkan belum engkau
kerjakan??
Mereka yang berada di posisi abid akan segera
meninggalkan kucing dan bergegas menuju masjid. Sedangkan mereka yang
menempatkan dirinya sebagai kholifah di muka
bumi, maka sebaliknya, ia akan tetap ke atas pohon dan perlahan
menurunkan sang kucing ke bawah.
Rasullah pernah menyampaikan
pada kita bahwa salah satu tujuan beliau diutus adalah untuk
menyempurnakan akhlak kita para umatnya ini. Dengan kata lain, akhlak
merupakan hal esensial yang seharusnya dimiliki oleh siapapun bahkan
tanpa memandang status agamanya sekalipun. Masyarakat arab ketika itu
disebut sebagai masyarakat jahiliah lebih disebabkan oleh karena
bodohnya perangai mereka dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Orang tua mana yang gila dan melakukan hal bodoh dengan mengubur bayi
perempuannya hidup2 hanya karena sebuah anggapan kalau qnak perempuan
tersebut akan mendatangkan kejelekan dalam hidup mereka.
Betapa
posisi abid/ suka beribadah bukanlah sesuatu yang paripurna, karena
apalah arti shalat bila kita tidak memberikan kedamaian pada sesama?
Bila kita tidak menunjukkan kebaikan akhlak kita pada sesama apa gunanya
kita membaca Subbahanallah dalam ruku’ sholat kita setiap hari.
Apalah arti haji? apa pula arti puasa? Bila semuanya tidak memberikan
dampak implikasi yang positif untuk lingkungan disekitar kita.
Respon Cepat