Assiry gombal mukiyo, 17 Desember 2016
Temen -temen saya yang menoton bola di
Arjuna Resto
menggedor meja setelah melihat kenyataan bahwa Indonesia dibabat habis
thailand 2-0 oleh Thailand pada malam ini Sabtu, 17 Desember 2016 pada
perebutan kejuaraan AFF 2016.
Kita memang kalah kelihatannya. Tetapi
sebenarnya kita ini mengalah dengan Thailand. Ini yang justru kita
harus terus bersyukur. Kita bisa legowo dan ikhlas dengan negara
Thailà nd, karena mereka masih kalah kaya dan kalah hebat dengan
Indonesia. Orang yang hebat itu memang harus selalu mengalah. Mengalah
untuk apa saja, termasuk permainan bola malam ini. Pemain bola kita
perwakilan dari bangsa Indonesia sudah menampilkan keseriusannya untuk
mengalah. Mengalah bukan berarti kalah. Tolong anda jangan menganggap
bahwa pemain indonesia ini goblok. Mereka justru sangat cerdas dan
bijaksana karena dengan ikhlas memberikan kejuaraan kepada Thailand.
Apalagi saat detik -detik Gol kedua Thailand, jelas mencerminkan bahwa
pemain Indonesia tidak terlalu ambisi untuk juara karena "maqam
ngalahnya" pemain kita sudah mencapai level kelas Dewa atau Malaikat.
Dengan membiarkan lawan menguasai bola di area pertahanan dengan kondisi
tertinggal dan bermain di kandang lawan. Ini adalah tanda bahwa Pemain
-pemain bola kita sangat pemurah, loman, breh dan juga bijaksana.
Sepakbola itu begitu indah, bagai murninya masa kanak-kanak kita. Yang
main maupun yang nonton menjadi anak-anak yang hanya punya satu
konsentrasi: bola masuk gawang. Sampai tuapun kita memerlukan sisi
kekanak-kanakkan dalam hidup kita. Setiap orang memilki sisi itu. Bahkan
seorang Suami yang ingin menikah target utamanya adalah bagiamana bisa
menjebol gawang Istrinya. Inilah indahnya kekanak -kanakan yang ada
dalam diri manusia meskipun sudah dewasa.
Maka sepakbola, adalah
sebuah permainan yang memberi peluang besar bagi pelampiasan psikologi
kekanak-kanakan kita. Tentu saja Pele, Maradona, Ronaldo, Messi atau
pemain Sepakbola kita di Negeri ini adalah anak-anak. Mereka menikmati
situasi kanak-kanak dengan bekal kedewasaan berpikir dan
profesionalisme. Kitapun nonton Piala AFF 2016 dengan memanjakan rasa
kekanak-kanakan kita, namun harus tetap dengan bekal kedewasaan
berpikir.
Seperti halnya anak-anak yang jujur, seperti itu
pulalah yang harus kita lakukan demi pemain Indonesia, kejujuran
masing-masing pihak sangat dibutuhkan demi masa depan pemain Sepakbola
Indonesia yang lebih baik, bersikap seperti anak-anak yang jujur, dan
tentu saja seperti yang telah saya tuliskan, tetap dengan kedewasaan dan
profesionalitas berfikir. Dan tentu saja, anak-anak tidak mengenal
politik, jadi jauhkanlah Pemain -pemain Sepakbola Indonesia dari
kepentingan politik. Meskipun kita kalah tapi secara kualitas janganlah
kalah. Hanya karena kalah skor saja seorang pemain kita menendang bola
hingga keluar lapangan dengan kesal, sehingga oleh wasit ia mendapatkan
kartu merah. Ini kanapalagi kekanak -kanakan.
Bahkan keluasan
teritorial dan kesuburan bumi maupun lautan, kekayaan perut bumi,
tambang-tambang karun, keunggulan bakat manusia-manusia Indonesia,
pelajar-pelajar kelas Olimpiade, kenekatan hidup tanpa manajemen,
kehebatan para seniman kaligrafi, jumlah penduduk, kegilaan genetik dan
antropologisnya, dan berbagai macam kekayaan lain yang dimiliki oleh
"penggalan sorga" bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia ini,
sungguh-sungguh merupakan potensi yang tak tertandingi oleh negara dan
bangsa mana pun di muka bumi. Tetapi, sekali lagi, kita adalah bangsa
yang lembut hati dan jauh dari watak "raja tega". Kekayaan-kekayaan itu
kita persilakan dikenduri dan kita bagi - bagi gratis oleh industri
multinasional dan orang-orang serakah: emas rojo brono diangkuti tiap
hari ke mancanegara. Dan itu bukan kekalahan, itu adalah kebesaran jiwa
kita. Inilah hebatnya kita bangsa Indonesia.
Kita bangsa yang
kaya raya karena amat sangat disayang Tuhan sehingga kita pesta sedekah
dan infak setiap hari. Malam ini pun seluruh rakyat Thailand menangis
bahagia sedangkan kita harus tertawa karena telah memberikan
kebahagiaan, kemenangan untuk seluruh rakyat thailand yang sedang
bersorak -sorai. Sedangkan kita rela menderita diatas kemenangan saudara
kita bangsa Thailand yang jauh sekali kekayaan dan SDM dari kita bangsa
Indonesia. Inilà h nilai tertinggi kita dihadapan Allah SWT.
Rakyat kebanyakan ikhlas menderita karena memilih surga dan toleran
kepada sejumlah minoritas yang memang memilih neraka. Itu terkadang
rakyat ikut rakus sedikit-sedikit, dengan pertimbangan tak enak atau
pekewuh kalau kita dari dunia langsung masuk surga tanpa menengok
saudara-saudara kita yang di neraka. Tak baiklah itu. Apa salahnya kita
mampir juga beberapa saat di neraka, ngerumpi dengan handai tolan di
sana, untuk mempersiapkan permainan sepakbola di Syurga dan Allah adalah
sebaik -baiknya wasit yang akan menentukan dan mengatur apakah kita
memang benar -benar kalah yang musti kekal dineraka atau sesungguhnya
kita itu sedang mencoba mengalah yang pantasnya adalah syurga tempat
terakhir kita .
Respon Cepat