Oleh : KH.Dr.
Didin Sirojuddin Ar.
Hari terakhir (12/2/2017) Festival MELAYU DAY OF YALA
THAILAND kami gunakan traveling ke 4 provinsi kawasan Pattani, Yaitu
Narathiwat, Pattani, Sonkhla, dan Yala sendiri. Saya penasaran ingin
membuktikan "Melayu memang hebat". Sudah jadi hobi, 3 benda yang selalu
menarik perhatian saya di perjalanan adalah: mesjid, pohon, dan musium.
Ketiganya ada di sini, ditambah kekaguman karena posisinya di kawasan
bekas Kerajaan Pattani yg masih teguh mempertahankan iman dan tradisi
Melayu (agama dan budaya) walaupun dikepung dan digencet 90 % orang
Thailand yang berkeyakinan Budha.
Menarik sekali
singgah di Mesjid Wadi Al-Husein di Narathiwat dan Mesjid Sulthan
Muzhaffar Shah di Pattani yang sudah berumur ratusan tahun dan menyimpan
riwayat perjuangan panjang bangsa Pattani. Dua Bangunan kuno yang
tetap terpelihara keantikannya. Kayu-kayu tua dengan plang-plang
informasi aksara Jawi dengan khat *Naskhi*, *Naskufi* (kombinasi
Naskhi-Kufi), *Farisi*, *Tsulus,* dan *Riq'ah* menandakan bahwa
muslim-muslim Pattani menguasai kaligrafi dengan baik.
Di
Masjid Radja Fathoni (ini Radja konon diislamkan oleh Syeikh Fathoni)
yang anggun, justeru tamannya yang ikut merias juntrungan bangunan.
Pohon-pohon bunga dan kolam berikan warna-warni yang mengepung
pelataran, memotret panorama rumah ibadah itu mirip Taj Mahal "Cinta
Shah Jehan" di Agra.
Puncak ketakjuban saya adalah dengan
مزيوم كسنين إسلام دان كبدايأن ملايو فوسة فغاجين القرآن لام دان مانسكريف
(Musium Kesenian Islam dan Kebudayaan Melayu Pusat Pengajian Al-Qur'an
Lama dan *MANUSKRIP)* di Narathiwat. Duh, orang Pattani yang terpencil,
masih merasa perlu punya musium sejarah yang punya nilai besar.
Di Pusat Pengajian yang konon dibangun atas bantuan orang-orang Turki itu ada bangunan berhuruf L namanya
مزيوم القرآن لام دان كتاب ملايو
(Musium Al-Qur'an Lama dan *KITAB MELAYU)* yang menyimpan rupa-rupa
manuskrip yang, ini dia, hampir seluruhnya dihubungkan dengan.....
Nusantara-INDONESIA. Bagi orang Pattani, para ulama Indonesia adalah
guru ngaji dan pemimpin perjuangan mereka. Naskah-naskah tua berbicara
tentang Hamzah Fanshuri, Abdussamad Al-Falembani dan lain-lain. Hebat
juga, manuskrip dengan khat Jawi itu membahas bukan hanya bab-bab agama,
tetapi juga teknik irigasi, pertanian, sampai "lalakon pawayangan" dari
Tanah Jawa dan strategi pembuatan mesiu dan bom untuk berperang.
Naskah Al-Qur'an tua malah tidak hanya ditulis dengan khat *Naskhi* atau
*Muhaqqaq* seperti umumnya di Indonesia, tapi juga dengan Kufi Barat
atau *Maghribi* Andalusi berikut ragam variasinya, indikasi adanya
kontak muslim Pattani dengan Barat Islam (Umaiyah) di Andalusia. Jejak
naskah ini tidak ditemukan di Indonesia yang saat itu berporos ke Timur
Islam (Kekhalifahan Abbasiyah) di Baghdad. Data-data di ruangan ini
ditulis sebagai kehebatan Melayu, sedangkan di sebelahnya ada lagi ruang
*Keagungan Teknologi Melayu* berisi diorama temuan-temuan teknologi
alutsista, irigasi, pertanian, ilmu pelayaran, sampai jam pengatur waktu
shalat dan arah angin.
Muslim Pattani, kecil tapi
mengagumkan. Telah pernah membuat karya besar dan sanggup
mempertahankannya dalam kesulitan. Bangsa pejuang!
========================================================================
Nb: tulisan tentang perjalanan KH.Dr.Didin S, dikirim melalui WA saya
hari ini Senin, 13 Februari 2017. Semoga terus bisa menginspirasi kita
semua. Amiiin
Respon Cepat