Muhammad Assiry, 13 November 2017
Perbedaan menjadi sebuah harmoni yang indah di kotaku. Aku terdidik
dengan tradisi budaya Kudus yang beragam dengan berbagai agama dan
keyakinan. Tuhan tidak melihat rupa dan fisikmu tetapi sesungguhnya Ia
melihat perilaku dan kepedulian sosialmu.
Tidak sedikit diantara
kita yang gerah bahkan geram melihat perbedaan. Bukankah perbedaan pola
berfikir, selera, pendapat dalam hal apapun adalah sebuah keindahan.
Lihatlah warna pelangi yang berpadu alangkah indahnya. Setiap warna
tidak ingin menonjol tetapi bergandengan dan saling melengkapi.
Aku sering kali berbeda pendapat bahkan dengan kawan- kawan Seniman
Kaligrafi. Misalnya kenapa kita tidak bangga dan terus belajar Seni
Kaligrafi kontemporer produk budaya lokal yang pernah berjaya melalui
gaya Sadali Garut, gaya AD.Pirous Banfung, gaya Syaifulli Jogya, gaya
Said Akram Aceh dan lainnya, juga perlu dilestarikan disamping kita juga
belajar dan fokus mengasah dan mengasuh kaligrafi klasik tradisional
sebagai akar puncaknya peradaban kaligrafi sebagai penghormatan terhadap
para pendahulu Kaligrafer Masyhur Mustafa Raqim hingga Sammi Affandy
dan Syauqi Affandi Turki.
Tetapi karena pendapatku itu
kemudian ada yang menyuruhku meminta maaf di medsos. Pertanyaannya Apa
yang salah? Setahuku berbeda pendapat terhadap apapun
bukan sebuah kesalahan. Ya, aku tetap minta maaf tetapi bukan berarti
karena aku salah tetapi karena aku memiliki sudut dan jarak pandang
dalam berpendapat tentang kaligrafi klasik dan kekayaan khasanah
kaligrafi kontemporer khas indonesia yang harus tetap lestari.
Jangan alergi dengan perbedaan. Bahkan terhadap selera makan dan tentang
memilih pasangan ideal apakah yang kurus apa yang montok, yang
ngentutan apa tidak itu saja kita tidak akan pernah sama satu dengan
lainnya. Ada karakter dan latar belakang riwayat keluarga, sosial dan
budaya yang kadang mempengaruhi terhadap setiap perbedaan itu bisa
muncul ke permukaan. Misalnya aku dididik Bapakku dengan cara yang tegas
dan tidak tedeng aling - aling. Kalau tidak suka atau kurang sependapat
terhadap sesuatu aku sampaikan langsung. Nah mungkin ini berbeda dengan
anda misalnya yang hanya berani mempergunjingkan di belakang sebuah
topik atau persoalan tertentu.
Bahkan cara kita menyikapi
setiap persoalan saja jelas kita beda. Jika hobbymu bersenggama dengan
Istrimu mengunakan gaya doggy style aku
justru lebih suka sambil split atau kayang. Ini kan jelas beda. Aku
orangnya ceplas- ceplos kalau kentut suaranya meledak- ledak sedangkan
anda mungkin lebih suka diam dan kentutnya tanpa suara tetapi baunya
kemana- mana.
Budayakan menghargai setiap perbedaan dalam hal
apapun. Kalau aku suka kaligrafi kontemporer yang klasik sedangkan anda
kaligrafi kontemporer yaug tidak bisa lepas dari unsur alam seperti
pohon, air mengalir, gunung dan semacamnya. Toh aku juga asyik saja,
karena itu pilihan anda tentu aku sangat menjunjung tinggi pada sebuah
kreatifitas tertentu. Bahkan ada yang berpendapat bahwa belajar
kaligrafi harus bersanad sedangkan aku justru berkebalikannya saja aku
tetap menghormati. Menurutku belajar kaligrafi boleh belajar kepada ide
gila bahkan berguru dengan desir angin pun sah - sah saja. Jadi pas anda
berlibur di gunung Muria, tiba - tiba terinspirasi oleh sepoi angin
senja hingga akhirnya terbentuklah sebuah karya kaligrafi nan indah di
sana.
Ada temanku bertaya " Sampean belajar kaligrafi sanadnya
dari mana?" Aku ndak punya sanad kaligrafi, mungkin sanadku dari "Iblis
gendeng".
Respon Cepat