Assiry gombal mukiyo, 2013
Pada
suatu sesi pelatihan Kaligrafi, ketika saya, sebagai pembina saya ungkapkan
beberapa rumus gila belajar kaligrafi yakni “Agar setiap saat selalu ada rasa
syukur di dalam diri kita,maka kita perlu untuk mengikhlaskan semua hal yang
sudah berlalu dan yang belum terjadi,untuk mengikhlasi seluruh niat dari arah
tujuan belajar kaligrafi...
hanya pada fokus memberikan sentuhan keindahan yang tertuang dari kalam suciNya
tanpa harus berfikir untuk berhasil dari kaligrafi dan menuntut sukses dari
profesi yang kebanyakan
orang mengacuhkannya itu ,” langsung saja ada peserta pelatihan yang tunjuk
jari untuk bertanya: “Bagaimana kita bisa belajar dengan ikhlas kalau niat saya
belajar agar saya jadi juara kaligrafi dan tentu sukses meraih impian untuk
sejahtera dan kaya raya.
Kemudian saya jawab: belajarlah tanpa beban,kosongkan
atau nol kan angka cita -cita dari ambisimu itu, karena hidup ini semua terjadi di luar skenario kita.
Hingga kita menjadi tidak percaya diri dan gelisah: ‘Apakah masih sanggup saya
melanjutkan hidup ini dengan memilih profesi dan belajar kaligrafi yang tak
jelas jluntrungnya ? Namun, pada saat kita menghadapi keadaan di luar skenario
seperti itu, kalau mau, justru pada saat itulah kita bisa membuktikan kekuatan
ikhlas, cobalah untuk hidup tanpa skenariomu sendiri,atau hidup menerapkan
prinsip: ‘apa yang terjadi biarlah terjadi,’ maka pada saat yang tepat, bisa
saja tahu-tahu ada solusi yang menghampiri kita.” keihklasan itu menjadikan pintu yang tertutup menjadi terbuka lebar ...belajar adalah
pembuka pintu cakrawala ilmu dan keahlian biarlah nanti anda mau jadi apapun
yang penting ilmu dan potensi anda sudah banyak anda miliki.
Juara atau kemenangan
bukanlah sebuah tujuan kita belajar kaligrafi,yang terpenting adalah sejauh
mana anda bisa mengeksekusikannya dan mengaplikasikan untuk kemaslahatan dan
sebaik -baiknya pnyejahteraan bagi sesamamu .....Jika anda sukses pun tak akan
pernah lupa karena
setiap tetes kesuksesan itu sejatinya adalah
kesuksesanNya dan kekuasaanNya yang telah di mandatkan kepadamu dan hendaknya
juga anda salurkan.Berbahagialah bagi anda yang menjadi pralon-pralon untuk membagi
kesetaraan rizki dan kelebihan apapun atas anugerahNya pada siapapun yg
membutuhkan,meskipun hanya alif yang engkau ketahui atau hanya sebungkus
rangsuman tentu anda musti bagikan .
“Maksud saya begini, kita tetap perlu mempunyai
rencana-rencana dalam planing dalam belajar kaligrafi, baik itu rencana jangka
panjang yang strategis, maupun rencana yang detail, tetapi setelah semua
rencana kita eksekusi dengan teliti dan benar, relakan atau pasrahkan atau
ikhlaskan semua hasilnya kepada Tuhan. Karena apa pun hasil belajar dan kerja
kita, boleh percaya boleh tidak, 100% di luar kendali kita. Kalau ada orang
yang merasa bisa mengendalikan, itu hanya kesombongan diri, pada saatnya orang
yang seperti ini akan memekan batu kesombongan dan keangkuhannya
sendiri".Begitulah jawaban saya.
Ketika kita membicarakan hidup dan belajar apapun
dengan ikhlas, sebenarnya kita juga membahas hidup dengan rela, narima, tulus,
pasrah dan sabar.Karena kata ikhlas berasosiasi dengan semua kata-kata
tersebut. Artinya, kalau kita hidup ikhlas kita juga perlu bisa menjalani hidup
ini dengan rela, atau tidak bersungut-sungut, bisa narimo akan segala hal yang
kita hadapi, mau bekerja dengan tulus, pasrah dan sabar.
Barangsiapa
bisa membagi bilangan nol dalam manajemen kalbunya, meniadakan setiap ambisi dan keinginan
apapun dalam tataran dan takaran tertentu,kemudian mengisi angka nol dalam jiwanya
pada harapan hanya pada Nya, maka manusia baru akan bisa mbobot(mengandung)ilmu
dan menghidupkan ruh kebahagiaan dalam setiap bidang yang di gelutinya...atas
kekuasaanNya bukan atas kekuasaanmu sendiri.
Kekuasaan apapun kita bahkan untuk belajar dan memiliki niat untuk menginjakkan kaki kita di gubug ilmu
adalah tiupan dan hidayah dari AL Hadi .
Suksesilah sesamamu maka tentu dirimu
sukses dan juara di hadapanNya.
Respon Cepat