Assiry gombal mukiyo, 22 Desember 2014
Aku begitu terharu ketika ada salah satu karibku, yang belum pernah
sama sekali melihat Ibu dan Bapaknya bahkan belaian kasih
sayangnya.Semenjak dilahirkan dia ditipkan oleh kedua orang tuanya di
Panti Katholik. Entah atas alasan apa.
Suatu saat tiba -tiba ia menangis sesenggukan, meraung -raung bagai
terhujam ulu hatinya ketika seorang Guru SD di kelasnya memberikan tugas
saat memperingati "Hari Ibu" untuk membuat sebuah cerita tentang kasih
Ibu.Dia begitu kebingungan mendiskripsikan Sosok Ibunya, sedangkan
semenjak kecil dia tidak mengenal Ibu dan juga Bapaknya itu.Romo/Pendeta
yang begitu baik itulah yang menggantikan sosok Ibu
sekaligus Bapaknya saat masih ngompol di pampres kesayangannya.
Aku pernah bertanya saat genap 22 umurnya, "Atas perilaku Ibu Bapakmu
itu, apa yang akan engkau katakan jika ditakdirkan suatu saat bisa
bertemu mereka?Dia menjawab dengan mantap "Aku akan sungkem dan
bersujud di kakinya, meskipun belum pernah aku mendapatkan belaiannya
secara langsung tapi aku tetap berterimakasih kepadanya bahwa aku pernah
ada dalam rahimnya.
Jika saat itu ia tidak menghendaki aku lahir
tentu aku tidak akan pernah ada di dunia ini. Saat ia mengijinkanku
hingga lahir dalam kandungannya, itu adalah simbol bahwa ia begitu
sayang terhadapku.
Sampai detik inipun aku selalu mendoakn Ibu dan Bapakku agar kelak bisa berkumpul di Surga".
Sungguh jawaban seorang anak yang begitu meneduhkan hati dan bijaksana. Tanpa sadar pipiku berlinang dan banjir air mata.
Satu hal yang menarik untuk kita petik hikmahnya adalah dia mendapatkan
bimbingan langsung dari Tuhan melalui seorang Romo yang mengajarkan
nilai-nilai sebuah kebijaksanaan dan keteladanan hidup dalam memaknai
sebuah arti tentang "kehilangan".
Bertahun -tahun dia kehilangsn
sosok yang begitu berarti dalam hidupnya, tetapi itu tidak membuatnya
membenci Ibu dan Bapaknya justru ia sukses membuang jauh ego dan
amarahnya.Ia menaburi hidupnya dengan kuncup dan bunga-bunga doa yang semerbak untuk kedua orang tuanya.
Emak adalah panggilanku terhadap Ibuku. Ia pernah berkata dalam sebuah
nasehat: “Surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu itu artinya bukan
bahwa Ibumu ini berkuasa atasmu, sehingga tidak ada kebaikan bagimu
kecuali mematuhi apa saja kata Ibu kepadamu”.
“Surgamu ada di
kakiku, Nak. Jadi amanat Tuhan kepada Ibumu sangat berat. Ibu wajib
mensurgakan hidupmu. Ibumu harus memproses kesurgaanmu di dunia dan
akhirat. Ibumu wajib meneladankan nilai -nilai ajaran Tuhan agar kita
bisa menuju surga bersama nak".
“Surga di kakiku ini disediakan
untukmu. Tapi neraka di kakiku disediakan buat kita berdua. Kalau tidak
kusediakan pendidikan yang baik menuju jalan ke surga untukmu, tidak aku
berikan sarana atas itu yang menjadikanmu pribadi yang baik ( sholeh),
tidak aku didik dengan meneladankan kebaikan atasmu maka Ibumu ini akan
tercampak ke dalam neraka. Kalau hati Ibumu ini marah, dongkol,
jengkel atau sakit hati kepadamu tanpa dasar yang Tuhan merelakannya,
maka neraka bukan untukmu, melainkan untuk Ibumu”.
“Nak, kalau
Ibumu menyediakan jalan neraka bagimu, ingatkanlah aku. Namun kalau
kusediakan jalan surga bagimu, engkau wajib patuh kepadaku”.
Dalam relung hati yang terdalam aku senantiasa berdoa semoga engkau
selalu dalam dekapan kasih sayang Tuhan, yang berarti setiap saat engkau
khilaf Tuhan segera menunjukkan jalan kebaikan untukmu, begitupun
sebaliknya Emak.
Rabbi ighfirli waliwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayani shaghiran.
Amiiin...........
Respon Cepat