Assiry gombal mukiyo, 5 Januari 2014
Sejak kecil,
Elon Musk suka membaca, membaca apa saja dari sains sampai novel dan
komik Ribuan buku sudah dia baca, sampai perpustakaan kekurangan buku
karena semua sudah dibacanya. Dengan kerja keras dan hobi membaca yang
akut , kini dia mempunyai perusahaan roket luar angkasa, mobil listrik,
dan solar panel. Bahkan menjadi ikon baru Silicon Valley melebihi
ikon-ikon sebelumnya seperti Steve Jobs dan Bill Gates.
Saya sangat gemar membaca, sejak kecil sampai sekarang hiburan paling
menyenangkan bagi saya selain melukis dan menorehkan kaligrafi adalah
membaca. Semasa SMP sampai MAN (SMA), setiap istirahat sekolah dimana
teman-teman lain pergi ke kantin, saya selalu pergi ke perpustakaan,
membaca apapun yang menarik perhatian saya tak luput juga bacaan komik.
Saya pun berteman baik dengan petugas perpustakaan yang biasanya
kesepian karena memang jarang sekali perpustakaan dikunjungi siswa,
salah satunya adalah Bu Fatima, seorang penjaga perpustakaan yang baik
hati dan lucu, yang juga tahu bahwa saya sering bolos dari pelajaran
untuk ngendon di perpustakaan. Waktu lulus MAN hobby sayapun berlanjut
dengan sering ke Toko Hasan Putra alun -alun Kudus dengan pura -pura
beli buku padahal cuma nongkrong untuk baca -baca buku maklum waktu itu
masih kere alias tidak punya uang meskipun sekadar untuk beli buku
bacaan.
Satu yang saya sukai waktu itu adalah buku sastra karya Cak
Nun. Saya masih ingat betul judulnya yakni "Kado Muhammad" yang
mempengaruhi banyak karya -karya tulisan dan juga antologi puisi yang
saya rangkum 10 tahun silam meskipun sampai hari ini saya sangat malu
untuk menerbitkannya. Atau buku -buku sejarah dan Seni yang sering saya
lalap untuk mengenyangkan dahaga akan pengetahuan yang lebih dalam.
Tentu saya tidak secerdas Elon Musk yang ingat hampir segala yang dia
baca karena dia punya photographic memory, apalagi akses buku-buku yang
dia punya sejak kecil jauh lebih bagus. Itu mengingatkan betapa
pentingnya membaca dan akses buku-buku berkualitas terhadap perkembangan
pikiran seseorang.
Di jaman internet ini, membaca bahkan jauh
lebih mudah daripada dulu, pikiran saya menjadi terbuka lebar-lebar juga
ketika akses-akses buku online ini terpampang di hadapan saya. Apapun
yang anda mau baca ada disana, jutaan buku menunggu dieksplorasi oleh
keingintahuan manusia.
Di hadapan buku-buku itu, saya seperti
seorang anak kecil di pinggir pantai di hadapan samudera maha luas yang
membentang di depan saya. Seberapapun ilmu saya, masih banyak ilmu-ilmu
baru yang perlu dipelajari.
Dan dengan membaca, kita dipaksa
untuk berpikir, tentang kenyataan-kenyataan, tentang kompleksitas
semesta, tentang konstelasi neuron-neuron peradaban. Dan berpikir adalah
langkah pertama manusia untuk maju ke depan.
Illustrasi:
-Tampak santri PSKQ Modern Muhammad Kholif sedang membaca buku Sastra di "Serambi Gallery Buku" PSKQ Modern asrama 1.
Respon Cepat